Menyempatkan Diri Berkunjung Ke Rumah Orang Tua

          Menyempatkan Diri Berkunjung Ke                                   Rumah Orang Tua
                          Oleh: Siti Rodi’ah

Orang tua sangat erat dengan kebardaan kita di dunia. Tanpa mereka, tentu kita tidak akan terlahir di dunia. Dan merekalah yang telah merawat, mendidik, dan memenuhi kebutuhan kita sejak terlahir di dunia hingga dewasa. Tentu, sangat banyak kontribusi yang telah diberikan oleh mereka kepada kita. Berbagai pola asuh dan pemenuhan kebutuhan kita, merupakan prioritas utama bagi mereka. Agar kita kelak menjadi orang yang sukses. Karena harapan mereka adalah sebuah kesuksesan untuk bekal kita dimasa depan. Sehingga, kita dapat hidup mandiri tanpa bergantung kepada orang lain. Hal ini menjadi sebuah kebanggan tersenidiri bagi orang tua. Mereka dikatakan berhasil mendidik anak, jika pada akhirnya anak menjadi orang sukses. Itu adalah argumen dari mayoritas orang tua. Walaupun indikator anak sukses berbeda-beda dari masing-masing orang. Tetapi, secara umum definisi sukses adalah anak bisa mandiri dan tidak bergantung lagi kepada kedua orang tua saat dewasa.

Hubungan pernikahan telah memberikan jarak tersendiri antara anak dan orang tua. Sebelum menikah, anak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh orang tua. Tetapi, saat mereka sudah menikah, tentu keadaan menjadi berubah. Karena mereka memiliki tanggungjawab lain di luar orang tua yaitu pasangan hidup. Dimana, anak memiliki pemikiran maupun keputusan sendiri untuk kepentingan rumah tangganya. Peran orang tua hanyalah sebagai pemberi saran saja. Mereka tidak dapat memaksakan kehendaknya maupun mengendalikannya, walaupun hal tersebut adalah baik untuk anak mereka. Tetapi tidak semua saran maupun kehendak orang tua atas anaknya tidak dapat dilakukan oleh anak. Jika anak menganggap saran maupun kehendak orang tua adalah yang terbaik untuk kehidupannya, maka anak pun tak segan-segan untuk menurutinya. Meskipun akan bertentangan dengan pasangannya. Ya, meskipun demikian anak memiliki hak tersendiri atas kehidupan rumah tangganya yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh kedua orang tuanya. Hal ini lah yang menjadikan jarak tersendiri antara anak dan orang tua.

Berkaitan adanya jarak antara orang tua dengan anak pasca menikah, saya pun juga merasakan akan hal itu. Terlebih, saya adalah seorang perempuan yang harus menurut dengan suami, asalkan tidak bertentangan dengan syariat dan norma agama. 

Saat saya sudah memulai kehidupan baru di Trenggalek, kuantitas perjumpaanku dengan kedua orang tua sangatlah terbatas. Terlebih sebelumnya saya satu rumah dengan mereka hingga 8.5 tahun menikah. Tentu, hal ini sangat berat bagi saya untuk menjalani kehidupan baru disini. Banyak kenangan bersama kedua orang tua. Hal yang paling membuat saya terkesan adalah perhatian mereka kepada saya. Walaupun, status saya sudah menikah, tetapi perhatian mereka tidak pernah berkurang kepada saya. Inilah yang membuat saya kangen saat saya memulai kehidupan disini. Walaupun saya sudah mendapatkan perhatian oleh suami, tetapi perhatian orang tua berbeda. 

Kuantitas pertemuanku dengan kedua orang tua sangat terbatas. Jika saya ingin ke Tulungagung, saya pun harus menunggu suami pulang kerja. Itupun tidak setiap hari suami di rumah. Karena tempat kerja suami di luar kota. Sehingga, hanya dua hari di rumah. Yaitu hari sabtu dan minggu. Kalaupun di luar hari itu, saya pun tidak bisa ke Tulungagung. Karena, kedua mertua saya akan kerepotan. Terlebih anak saya sudah sekolah dasar dan mengikuti beberapa les di sekolah, tentu akan kerepotan dalam mengantar dan menjemputnya. Faktor anak inilah yang mengharuskan saya menahan kerinduan kepada kedua orang tua.

Sejak awal menjalin kehiupan rumah tangga disini, saya pun mengajukan permohonan kepada suami bahwa minimal dua minggu sekali saya harus ke Tulungagung untuk berkunjung ke rumah orang tua. Alkhamdulillah suami pun menyetujuinya. Ini adalah bagian dari siklus kehidupan. Walaupun sudah menikah, tentu hubungan antara anak dan orang tua tidak boleh terputus begitu saja. Ikatan akan tersambung jika kedua nya bertemu dan berinteraksi serta memberikan perhatian satu sama lain. Hal ini lah yang harus saya usahakan untuk meluangkan waktu berkunjung ke rumah orang tua. Walaupun disini saya sudah memiliki kedua orang tua yaitu mertua, tentu saya tidak boleh melupakan kedua orang tuaku yang telah melahirkan dan mendidikku.

Menyempatkan diri berkunjung ke rumah orang tua tidaklah mudah. Karena saya sering terkendala dengan berbagai kepentingan. Terlebih suami yang jarang di rumah, saya pun juga harus meluangkan banyak waktu untuk memberikan perhatian kepada beliau. Selain itu, pekerjaan rumah tangga yang tak kunjung usai. Tentu, rasanya sulit juga untuk meluangkan waktu untuk silaturahmi ke rumah orang tua. Saya harus memaksakan diri untuk menggerakkan hati selalu rutin berkunjung ke rumah orang tua di Tulungagung. Selain itu, dukungan dari suami adalah sangat penting bagiku. Jika suami tidak memberikan dukungan kepadaku, mungkin niat ini tidak akan pernah bisa terlaksana. Dan hanya menjadi angan-angan saja.

Kedua orang tua sangat senang saat dikunjungi oleh anaknya. Walaupun si Anak tidak membawa sesuatu yang diberikan kepadanya, tetapi hati kedua orang tua sudah merasa senang dan lega. Bahwa posisinya sebagai orang tua bagi si Anak tidak hilang. Walaupun si Anak sudah menikah dan memiliki tanggung jawab lain, tetapi eksistensi dari orang tuanya tidak terlupakan. 

Saat saya berkunjung ke rumah orang tua di Tulungagung, mereka selalu menebar senyuman. Walaupun tidak lama disana, tetapi mereka sudah senang. Waktu sedikit itu, kami lakukan dengan bersenda gurau. Saya tidak ingin membicarakan tentang masalah yang saya hadapai. Tetapi, lebih membicarakan hal yang menarik lainnya. Seperti perkembangan anak saya, atau hal lainnya yang tidak mengarah pada masalah yang saya hadapi. Karena, akan memberikan dampak yang negatif terhadap kualitas silaturahim saya kepada kedua orang tua. Selain itu, akan memberikan kekhawatiran bagi mereka. Hal ini menjadikan suasana menjadi tidak menyenangkan. Padahal tujuan saya ke sana adalah menyenangkan hati kedua orang tua. 

Saya jarang sekali memberi kabar saat berkunjung ke Tulungagung. Alasan saya adalah memberikan kejutan kepada mereka. Seringkali saya sampai di sana sekitar jam setengah 6 sore. Tentu, waktu yang mendekati maghrib tersebut tidak ada aktivitas lain selain di rumah. Seringkali Bapak dan Ibu kaget saat saya datang. Pasalnya, saya tidak pernah memberikan kabar. Tetapi, mereka senang. 

Saat saya di Tulungagung, Ibu selalu mengajak saya ke Pasar Senggol yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah. Kami ke sana hari Minggu pagi. Ya, saya selalu menyempatkan menginap di Tulungagung. Rasanya tidak afdhol jika tidak menginap disana. Di Pasar Senggol ada banyak makanan tradisional. Bapak, Ibu dan Saya suka dengan yang namanya sompil. Sedangkan untuk cemilan, saya suka yang namanya kicak dan ireng-ireng. Sedangkan Ibu suka dengan gethuk. Sedangkan Bapak suka yang namanya cenil. Tetapi, adik saya tidak hobi makan-makanan tradisional. Dia hanya titip lauk seperti ayam goreng atau kentaki. Saya dan Ibu pun membeli sesuai kesukaan masing-masing anggota keluarga. Waktu sehari ini hanya saya gunakan untuk kedua orang tua dan saudara. 

Meyempatkan diri berkunjung ke rumah kedua orang tua sangat penting bagi saya. Bertemu langsung dengan mereka menjadikan saya tahu kondisi sebenarnya yang terjadi pada mereka. Selain itu, ikatan anak dan orang tua tidak putus walaupun saya sudah menikah dan tinggal di kota yang berbeda. Memang sulit untuk meluangkan waktu. Tetapi, saya pun harus berusaha untuk menyempatkan diri. Selama saya diberikan kesehatan dan umur. Kebiasaan ini harus saya agendakan maksimal 3 minggu sekali saya berkunjung ke sana. Kalaupun saya tidak repot, biasanya dua minggu sekali ke sana. Semoga Allah meridhoi niat baik saya. Aamiin…..      


 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung