Bersahabat dengan Kehendak Allah

   Bersahabat dengan Kehendak Allah
                    Oleh: Siti Rodi’ah

Setiap orang memiliki suatu impian. Dimana untuk mencapai impian tersebut, kita harus berusaha dalam menggapainya. Impian menjadikan hidup lebih terarah. Impian juga menjadikan hidup lebih bergairah. Impian adalah suatu tujuan hidup. Sehingga, setiap tindakan yang dilakukan akan diarahkan pada pencapaian tujuan hidup tersebut. Tentu, jika seseorang tidak memiliki tujuan hidup, maka kehidupannya berantakan dan tidak terarah. Maka tidak heran jika setiap orang memiliki impian. 

Saya sendiri memiliki banyak impian. Salah satunya adalah setelah lulus kuliah magister, saya ingin mendapatkan pekerjaan sebagai seorang dosen. Untuk menggapai mimpi tersebut, saya harus berusaha menyelesaikan studi magister secara tepat waktu. Jika ada peluang, saya bisa memanfaatkannya untuk mencapai impian. Usaha untuk menyelesaikan studi magister tidaklah mudah dan sederhana. Saya harus membagi waktu untuk anak dan kebutuhan belajar. Selain itu, saya harus cermat dalam mengatur keuangan. Karena kebutuhan studi saya juga lumayan besar. Tetapi, setelah saya menyelesaikan studi ini, impian tersebut hanyalah sebuah mimpi saja.

Satu tahun setelah wisuda, saya masih belum menggapai mimpi yang telah dirintis sejak menjadi mahasiswa pascasarjana. Saya sudah berusaha untuk mengirimkan berkas lamaran ke beberapa lembaga. Tetapi, hingga saat ini belum ada yang diterima. Walaupun beberapa bulan yang lalu, saya ada panggilan dari STIBA Kediri, tetapi pada akhirnya saya ditolak karena rumah saya terlalu jauh yaitu watulimo. Mungkin, jika saat itu saya belum pindah ke Watulimo, ada peluang untuk bisa diterima di kampus tersebut. Ya, ini adalah salah satu kehendak Allah. Andaikan diterima pun, mungkin anak saya menjadi korban dari ambisi saya untuk mewujudkan impian ini. Tentu, saya tidak bisa setiap hari pulang ke rumah. Saya harus menginap di kos dekat kampus atau di rumah Tulungagung. Karena perjalanan yang cukup jauh menjadikan tenaga tidak kuasa untuk bisa pulang ke rumah Watulimo setiap hari. Ya, saya pun harus bersabar dan ikhtiar untuk menggapai mimpi ini.

Saya pun harus mencari pekerjaan lain yang sekiranya bisa saya kerjakan. Hal ini seiring berjalannya waktu dan berbagai kondisi yang saya alami. Hidup di Watulimo tidaklah semudah seperti saya tinggal di Tulungagung. Karena daerah tersebut bukanlah tempat yang strategis. Jika saya mendapatkan pekerjaan menjadi dosen di kampus Trenggalek pun membutuhkan waktu perjalanan kurang lebih satu setengah jam. Apalagi kampus di luar Trenggalek. Jika saya menjadi tentor di Bimbel yang bagus, perjalanan pulang pergi membutuhkan waktu 45 menit. Belum lagi jika hujan lebat atau pulang malam. Banyak resiko yang akan saya dapatkan. Sehingga, saya pun harus mencari pekerjaan yang tidak terlalu banyak resiko.

Di awal tahun ini, saya mencoba menjadi guru les. Di Watulimo ada bimbel. Tetapi untuk gaji dan efektivitas waktu tidaklah sepadan seperti mengajar di Bimbel Tulungagung. Karena orientasi siswa di sini bukan untuk dijadikan media persiapan mencari sekolah favorit. Tetapi, hanya mengerjakan tugas sekolah atau mengerjakan soal-soal latihan yang ada di LKS. Sehingga, motivasi belajarnya pun berbeda dengan peserta didik yang ada di kota. Walaupun ada sebagian kecil yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar.

Kehendak Allah memang berseberangan dengan impianku. Saya yakin ini adalah pilihan yang terbaik bagi kehidupanku. Karena saat ini belum memungkinkan saya untuk melakukan aktivitas di luar rumah yang membutuhkan waktu banyak. Ya, menjadi dosen tentu membutuhkan waktu yang banyak di luar rumah. Terlebih tinggal di desa Sawahan ini, yang letaknya dekat dengan pantai, tentu untuk menuju ke kota sangat jauh. Karena kampus yang ada di dekat Watulimo, seperti Bandung dan Durenan tidak ada. Butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk sampai ke kota Trenggalek maupun Tulungagung yang lokasinya berdekatan dengan Kabupaten Trenggalek. Perjalanan yang cukup jauh berakibat pada keletihan fisik juga. Belum lagi tugas saya sebagai seorang Ibu dan Istri di rumah, tentu untuk saat ini belum memungkinkan saya menjalani profesi itu.

Saya pun harus berhusnudzon dengan kehendak Allah. Mungkin, saya diberi waktu longgar di rumah untuk banyak mempelajari ilmu pengetahuan, menambah kemampuan, dan fokus dulu kepada perkembangan anak. Husnudzon inilah yang menjadi sumber ketenangan bagi saya. Dengan keadaan yang tenang, saya bisa melanjutkan proses kehidupan yang masih berlangsung ini. Akhirnya, rasa ikhlas pun hadir dalam kalbu yang menambah ketenangan dan kedamain.  

Salah satu jalan untuk berhusnudzon dengan kehendak Allah adalah bersahabat dengan kehendak Allah. Dengan menjalin persahabatan, akan memperindah proses kehidupan yang saya jalani ini. Walaupun tidak sesuai dengan ekspektasi, tetapi saya bisa menerima keadaan ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal yang tersulit adalah menerima keadaan yang bertolak belakang dengan ekspektasi yang sudah kita susun.    

Cara yang saya lakukan untuk bersahabat dengan kehendak Allah adalah menerima keadaan tanpa beban. Karena menjalani hidup dengan penuh beban akan menjauhkan diri dari sikap mengeluh dan bersyukur kepada Allah. Ya, seperti inilah yang dapat saya lakukan saat ini. Apa yang bisa saya lakukan saat ini, maka itulah yang saya lakukan. 

Menyandang gelar Magister bukanlah hal yang mudah. Persepsi orang tentu lulusan Magister mendapatkan pekerjaan yang layak, seperti dosen, bekerja di kantor atau lembaga, atau menjadi seorang PNS. Ya, salah satu ketidak tenangan dalam menjalani kehidupan adalah mengikuti ekspektasi orang bukan kehendak Allah. Nah, ini lah yang harus saya tanamkan dalam diri bahwa impian hidup adalah penting dan perlu saya perjuangkan. Tetapi, kehendak Allah adalah hal yang sangat essensial dalam diri saya. Karena Allah maha tahu yang terbaik bagi hidup saya. Sedangkan rejeki adalah suatu takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah sejak saya masih di dalam kandung Ibu. 

Bersahabat dengan kehendak Allah bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Tetapi, ini perlu dilatih bagi setiap orang. Agar dapat menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan selalu bersyukur atas karunia Allah. Tidak semua impian akan terwujud. Walaupun kita sudah berusaha keras untuk memperjuangkan impian tersebut. Jika Allah belum berkehendak, apa daya seorang hamba untuk menggapainya.

 Saya pun mulai belajar dalam bersahabat dengan kehendak Allah. Walaupun awalnya sulit saya terima, tetapi lambat laun saya bisa menerima keadaan ini. Tentu, gejolak jiwa adalah hal yang wajar terjadi bagi setiap orang jika apa yang diimpikan tidak sesuai dengan kenyataan. Dampak positif yang saya dapatkan sangat banyak. Saya syukuri aktivitas yang dapat dikerjakan saat ini. Menjadi guru les bukanlah profesi yang rendah. Kita dapat menularkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Selain itu, ada aktivitas bagi saya di luar rumah yang dapat mengobati rasa jenuh di rumah. Bertemu dengan orang baru menambah pengalaman kehidupan bagi saya. Dan penghasilan yang saya dapatkan pun dapat menambah pemasukan.      

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung