Adaptasi Kebiasaan dan Tempat Baru

     Adaptasi Kebiasaan dan Tempat Baru
                      Oleh: Siti Rodi’ah

       Setelah lulus kuliah magister saya sudah sepakat kepada suami untuk diajak pindah ke Trenggalek. Disana suami sudah membangun rumah untuk keluarga kecil kami. Selama delapan tahun menikah, kami masih tinggal bersama kedua orang tua saya di Tulungagung. Alkhamdulillah harapan untuk tinggal di rumah sendiri bukan hanya suatu bayangan saja, melainkan sebuah kenyataan. Suami membangun rumah di dekat rumah kedua orang tuanya. Dan kakaknya serumah dengan kedua orang tua suami. Ya, rumah kami dekat dengan orang tua dan saudara. Hanya jarak lima langkah kaki saja rumah kami dengan orang tua suami. Ini adalah impian dari kedua orang tua suami yang ingin anak-anaknya kumpul mendampinginya di masa tua. Dan suami pun tidak keberatan akan hal ini. Termasuk kakak perempuannya yang serumah deng kedua orang tuanya juga tidak keberatan untuk serumah dengan mertua saya. Walaupun suaminya tinggal di Malang untuk bekerja. Yah, begitulah kehidupan. Kalau orang tua sudah berkata demikian, maka anak-anaknya mau tidak mau mengikuti harapan mereka.

        Tinggal di rumah sendiri adalah impian bagi setiap pasangan suami istri. Karena di rumah sendiri kita bebas melakukan aktivitas sesuai keinginan. Bahkan bebas untuk menentukan arah rumah tangga kedepannya. Di rumah sendiri ada keluasaan bagi kedua pasangan untuk saling diskusi. Tentu tidak ada orang ketiga yang mempengaruhi diskusi kita. Tetapi, saya belum merasakan hal yang demikian. Hmmm….mungkin itu adalah masalah waktu saja. Saya pun harus bersabar untuk meraih impian tersebut. Ya, tidak mudah bagi saya sebagai orang asing yang tinggal berdampingan dengan keluarga suami. Terlebih suami hanya dua hari di rumah. Tetntu banyak momen yang harus saya jalani sendiri tanpa di damping suami. Dan tidak semua persoalan harus saya ceritakan ke suami. Karena beban kerjanya juga sangat berat di kantor. Cukup hal yang sangat penting saja saya bicarakan kepadanya. Ini adalah pilihan hidup yang harus saya jalani. Memilihnya sebagai pasangan saya, berarti saya pun harus siap menjalani berbagai tantangan kehidupan rumah tangga bersamanya.
         Saya bersyukur kepada Sang Pencipta telah memberikanku kemampuan untuk menulis. Ya, ilmu ini saya peroleh saat kuliah di jenjang S2. Terlebih saya memiliki grup, kawan sekaligus dosen yang senantiasa memberikanku motivasi untuk menulis. Empat bulan yang lalu saya fokus menulis artikel ilmiah. Ya, aktivitas ini saya lakukan di rumah kedua orang tua saya yaitu Tulungagung. Alkhamdulillah saya bersama kawan dan menghasilkan karya sebanyak dua artikel ilmiah. Dan keduanya terpublish juga. Selain artikel ilmiah, saya juga menulis antologi bersama dosen, kawan, dan berbagai penulis lainnya. Cukup produktif saya saat tinggal di Tulungagung. Iklim di sana sangat mendukung. Terlebih kedua orang tua saya yang sangat memahami dengan dunia yang telah aku geluti selama satu tahun ini. 
Aktivitas menulis memiliki banyak manfaat bagi saya. Terlebih di masa pengangguran ini, banyak waktu kosong yang tersedia. Melalui aktivitas menulis, pikiran saya menjadi terarah. Dan hidup seakan penuh project dan target yang harus ditempuh. Eits…..padahal ini seorang pengangguran ya…tapi ada berbagai project yang harus dikerjakan. Selain itu, jika ada suatu permasalahan hidup, dengan menulis pikiran saya menjadi lebih plong. Seakan tekanan dalam diri saya bisa mereda. Alkhamdulillah menulis adalah keberkahan bagi saya pribadi.
         Tetapi, saat tinggal di rumah sendiri saya pun harus beradaptasi dengan suasana baru. Mulai dari mengantar anak sekolah, les tahfidz dan pelajaran. Ya, walaupun di masa PPKM ini sekolah berkenan melangsungkan pembelajaran secara tatap muka. Walaupun seminggu hanya tiga kali pertemuan. Dan setiap pertemuan 2.5 jam. Lumayan untuk mengurangi kebosanan di rumah pada anak saya. Walaupun di rumah ada dua keponakan, tetapi mereka juga sering main handphone. Sehingga, melalui aktivitas yang padat anak saya menjadi terminimalisir bermain hadphone. 
    Mengantar anak sekolah, les tahfidz dan pelajaran menyita waktu yang tidak sedikit. Ini adalah salah satu kebiasaan baru yang saya jalani disini. Selain itu, bapak mertua saya sedang sakit stroke. Dan ibu mertua juga kurang begitu sehat. Sehingga, saya pun membantu kakak sepupu memasak dan membantu ibu merawat bapak mertua. Kakak sepupu kebetulan bekerja sebagai kepala sekolah di SD Islam swasta, sehingga ada beberapa pekerjaan rumah yang saya bantu. Terutama masalah memasak. Ya, ini tidaklah mudah untuk saya jalani. Tetapi, ibu mertua dan suami meminta tolong kepada saya untuk membantu. Tentu, banyak sekali aktivitas yang harus saya jalani. Sehingga, aktivitas menulis pun kadang mulai saya tinggalkan kalau badan sudah terasa lelah. 

       Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit saya mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru dan tempat baru. Jika ada waktu senggang dan badan tidak terlalu lelah, saya pun mulai membuka laptop dan menulis. Saat ini saya dan kawan-kawan ingin membuat artikel ilmiah lagi. Ya, menulis artikel ternyata membuat ketagihan juga. Heheheh….. Ya, karena kawan-kawan juga semangat, sehingga saya sendiri juga menjadi termotivasi. Walaupun, saya terbilang tidak cekatan dalam mengeksekusi untuk saat ini. Saya harus menghabiskan waktu satu bulan untuk merangkum teori dan temuan terdahulu. Jika dibandingkan saat di Tulungagung memang sangat berbeda sekali. Tetapi, saya berusaha untuk tetap berkarya di tengah aktivitas yang kian padat. Ini saya belum bekerja, mungkin kalau sudah bekerja aktivitas saya semakin padat saja. 

         Aktivitas menulis dengan kebiasaan dan tempat baru memberikan warna tersendiri bagi saya. Dimana, saya harus memanfaatkan waktu yang kosong untuk menulis. Walaupun hanya setengah saja. Itu sudah cukup bagi saya walaupun hanya sekedar membaca jurnal dan mencatat hal yang penting. Aktivitas ini juga memberikan peluang bagi saya untuk meluapkan beban pikiran yang sedang saya alami. Saya merasa dengan aktivitas menulis pikiran-pikiran berat bisa berkurang. Yang terpenting bagi saya saat ini adalah menjalani kehidupan semampu saya. Jika saya memang sangat lelah dan saat itu tidak ada jeda untuk menulis, maka saya pun harus ambil jeda untuk off dulu. Kalaupun ada sedikit jeda walaupun hanya setengah jam saja, maka waktu yang pendek itu harus saya gunakan sebaik-baiknya.   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

Belajar Matematika: Melalui Praktek dan Implementasi