Hasil Penelitian Dan Pengembangan (R&D) Sebagai Solusi Praktis Terhadap Inovasi Pembelajaran Guru Sekolah Dasar
Hasil Penelitian Dan Pengembangan (R&D) Sebagai Solusi Praktis Terhadap Inovasi Pembelajaran Guru Sekolah Dasar
Oleh: Siti Rodi’ah
Dunia Pendidikan tak luput dari kompleksitas masalah. Mulai dari rendahnya kompetensi guru, kompetensi peserta didik yang heterogen, sarana maupun prasaran untuk penunjang implementasi kurikulum, dan lain sebagainya. Memang, saat membicarakan terkait pendidikan tidak ada habisnya untuk dibahas. Karena selalu ada permasalahan baru yang muncul atau masalah lama yang tak kunjung tuntas penyelesainnya. Namun, sebagai pendidik maupun akdemisi tak boleh terlarut dalam masalah-masalah ini. Justru perlu dicari solusinya.
Berkaitan dengan masalah pendidikan, yang menjadi perhatian penuh adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa. Karena melalui proses inilah siswa dapat menambah kompetensi dasar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Mungkin permasalahan lain seperti kurikulum, bahan ajar maupun media pembelajaran dapat difokuskan ke ranah kegiatan pembelajaran. Dimana kegiatan pembelajaran mencakup semuanya. Artinya, guru dituntut untuk lebih memberikan inovasi pada kegiatan pembelajaran. Walaupun sarana dan prasarana di Sekolah mungkin belum memadai. Tetapi, melalui inovasi, guru dapat mengatasi kendala-kendala tersebut.
Pendidikan Sekolah Dasar sangat penting menjadi perhatian pendidik, akademisi maupun pemerintah. Dimana proses siswa dalam menempuh pendidikan dasar sangat berpengaruh pada tahap pendidikan selanjutnya. Hal ini dikarenakan materi yang dipelajari di bangku sekolah dasar memiliki kesinambungan terhadap pendidikan selanjutnya. Sehingga, pengetahuan yang diperoleh di jenjang Sekolah Dasar memiliki kebermanfaatan saat siswa menempuh jenjang SMP.
Saya sebagai output dari produk pendidikan telah merasakan dampak dari proses pembelajaran yang telah dijalani hingga 18 tahun lamanya. Yaitu mulai dari pendidikan taman kanak-kanak hingga magister. Dimana pada akhirnya saya memfokuskan bidang yang dikaji yaitu pembelajaran matematika sekolah dasar. Tentu, hal ini tak luput dari peran proses pendidikan yang sudah saya lalui. Sejak Sekolah Dasar saya menyukai pelajaran matematika hingga pada akhirnya saya memberanikan diri untuk melanjutkan studi S1 Tadris Matematika. Peran pembelajaran guru saat itu sangat berarti bagi saya. Tepatnya guru kelas VI yang selalu memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan bermakna. Khususnya pelajaran matematika itu sendiri, yang menerangkan materi secara sistematis. Serta selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk teliti dan tidak takut salah dalam belajar matematika.
Saat saya menyelesaikan tugas akhir, bidang yang saya kaji adalah pembelajaran matematika sekolah dasar. Tentu saya harus memperbanyak membaca artikel tentang pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sebagai bahan referensi. Permasalahan yang diangkat oleh peniliti mayoritas sama yaitu guru hanya mengajarkan materi dengan ceramah. Artinya siswa diarahkan pada pembelajaran abstraksi dan penghafalan. Idealnya, pembelajaran matematika pada anak usia Sekolah Dasar harus diarahkan pada hal yang lebih konkrit agar dapat dikenal dan dipahami oleh siswa. Karena pada jenjang Sekolah Dasar tahap berpikirnya masih operational konkrit. Bisa melalui pengenalan benda konkrit dan dilanjutkan pada proses penemuan konsep. Selanjutnya guru memberikan permasalahan sesuai dengan kehidupan sehari-hari yang dekat dengan dunia siswa. Melalui proses pembelajaran tersebut anak akan menemukan konsep abstraksinya secara sistematis.
Saat saya berkumpul dengan teman-teman Magister PGMI, ternyata mengajarkan “matematika” itu sulit. Saya sendiri pun sebagai sarjana tadris matematika juga sering menemukan kesulitan dalam mengajarkan materi matematika yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Tentu, tak heran jika teman-teman saya dari sarjana guru MI menemukan kesulitan dalam mengajarkan materi matematika yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Saat itu, ada seorang teman yang menanyakan materi KPK dan FPB kepada saya. Dia merasa kesulitan saat mengaitkan dengan soal kontekstual. Saya pun menerangkan perihal KPK dan FPB. Selain itu, menunjukkan cirri-ciri soal yang mengarah pada KPK ataupun FPB. Dia pun mengatakan bahwa pada saat menempuh pendidikan S1 PGMI tidak diberikan materi yang detail terkait KPK maupun FPB. Ya, menurut saya tidak salah juga dia belum memahaminya. Mungkin dari proses pendidikannnya dari SD sampai SMA belum begitu memahami matematika. Terlebih pada proses pendidikan di jenjang Sarjana hanya diberikan materi globalnya saja. Sehingga, dia pun tampak kurang menguasainya. Tetapi, idealnya sebagai calon guru atau guru MI dituntut untuk bisa mengajar semua mata pelajaran. Kecuali bahasa inggris, bahasa arab dan penjaskes.
Beberapa hari kemudian saya juga dikirimi pesan WA dari teman Magister juga terkait bagaimana cara mengajarkan materi simetri putar kepada siswa agar mudah dipahami. Akhirnya saya pun memberikan video singkat terkait simteri putar. Ya, saya sendiri yang praktekkan konsep simetri putar dengan bermodalkan kertas berbentuk jajargenjang. Akhirnya dia pun memahaminya tentang simetri putar itu.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, memang kita tidak boleh melakukan bulliying kepada guru SD atau MI. Tetapi lebih memberikan scaffolding maupun solusi secara praktis. Dimana melalui solusi praktis ini guru dapat mengimplementasikan secara langsung tanpa ada kecemasan terkait kondisi kompetensi guru sendiri. Sehingga, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pun akan lebih berinovasi. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kompetensi peserta didik.
Salah satu solusi praktis adalah hasil penelitian dan pengembangan (R&D). Dimana penelitian tersebut berfungsi untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Produk yang dihasilkan berangkat dari potensi dan masalah dari objek yang diteliti. Misalnya, pada lembaga tersebut mempunyai masalah hasil belajar matematika siswa yang rendah. Tetapi, pada proses pembelajaran, guru sering menggunakan bahan ajar LKS untuk mengembangkan kompetensi siswa. Sehingga, LKS yang saat ini digunakan oleh siswa dapat dikembangkan atau disempurnakan untuk menjadi produk yang lebih sempurna. Ataupun peneliti membuat LKS yang 100% berbeda dari LKS lama, artinya produk yang dihasilkan adalah produk baru bukan hasil penyempurnaan dari produk lama.
Untuk menghasilkan produk yang efektif, peneliti melewati proses penelitian yang panjang. Dimana, peneliti harus membuat produk. Selanjutnya, divalidasi pada seorang validator yang ahli dibidangnya. Kemudian, mulai pada uji coba produk. Melalui hasil uji coba ini, peneliti dapat menganalisa kekurangan produk dari data yang terkumpul. Baik data kualitatif maupun kuantitatif. Sehingga peneliti dapat menganalisa bahwa produk yang dihasilkan efektif atau tidak. Jika efektif, peneliti dapat menguji cobakan ke skala yang lebih besar lagi. Tetpi, jika kurang efektif peneliti harus menyempurnakan lagi dan divalidasikan lagi ke validator ahli. Dan produk siap untuk diuji cobakan ke skala yang lebih besar. Maka, tak heran jika hasil penelitian dan pengembangan adalah kebermanfaatan produk yang bersifat praktis dalam membantu suatu pekerjaan untuk lebih efektif, efisien, dan memuaskan. Dalam pendidikan ini, tentu akan membantu guru untuk memberikan pembelajaran yang lebih inovatif dan dapat diterapkan secara praktis serta efektif.
Adapun produk pendidikan yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan meliputi, kebijakan, kurikulum, model pembelajaran, media pembelajaran, buku ajar, sistem evaluasi, dan lain sebagainya. Hal ini sangat membantu guru khususnya yang mengajar di jenjang Sekolah Dasar. Melalui hasil penelitian dan pengembangan ini, guru dapat memanfaatkan produk tersebut secara praktis. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih berinovasi di tengah-tengah kesulitan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, tentu pihak lembaga maupun praktisi pendidikan diharapkan mendukung para peneliti yang sedang mengembangkan produk atau membuat produk baru sebagai solusi masalah pendidikan. Terutama kepala Sekolah sebagai pemangku kebijakan pada suatu lembaga. Dimana produk dari R&D tersebut dapat dijadikan terobosan bagi perbaikan proses pembelajaran pada lembaga tersebut. Sehingga, para peneliti R&D khususnya lebih memotivasi diri untuk mengembangkan terobosan baru untuk perkembangan pembelajaran yang lebih inovasi lagi.
Komentar
Posting Komentar