Stimulasi Budaya Membaca Pada Anak Usia Dini

       
       Stimulasi Budaya Membaca Pada Anak                                    Usia Dini
                       Oleh: Siti Rodi’ah

 Aktivitas membaca adalah salah satu kegiatan yang jarang diminati oleh mayoritas orang. Dimana, aktivitas tersebut menuntut pancaindera berupa mata untuk mencermati setiap kata yang tertulis pada sebuh teks. Selanjutnya dipahami kalimat yang telah kita baca. Dan idealnya, teks bacaan tersebut ada di dalam sebuah buku. Saat ini, buku dapat diakses melalui via digital. Jadi, aktivitas membaca itu dapat dilakukan dengan mudah. Tidak harus tergantung pada keberadaan buku. Karena kita tidak selalu berada posisi di rumah atau tempat yang nyaman untuk membaca buku. Seringkali kita berpindah-pindah tempat untuk menjalani rutinitas. Maka sangat memberatkan diri jika kita harus membawa buku kemana-mana. Tentu, e-book sangat memudahkan kita untuk mengisi kelonggaran waktu untuk membaca. Tetapi, walaupun banyak waktu yang longgar dan kemudahan dalam mengakses sekalipun, aktivitas tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Mungkin hal itu kurang menarik dan dirasa memberatkan untuk dilakukan. 

Berkaitan dengan aktivitas membaca, tak banyak orang yang menggemarinya. Karena berbagai alasan yang menghadang dirinya untuk membaca. Padahal, membaca sangat penting bagi umat manusia untuk mengetahui dan memahami pengetahuan. Di negera maju pun, membaca sudah budaya. Dan sudah mapan akan budaya membaca ini. Tak heran, jika Negara maju berbagai terobosan teknologi maupun inovasi suatu pengetahuan kian meroket saja. Sehingga, kemjuan akan sektor tekonologi maupun lainnya seolah menjadi kiblat saja bagi Negara berkembang. Sehingga, membaca perlu dibiasakan bagi setiap orang. Agar memiliki wawasan pengetahuan yang luas. Dan berkontribusi pada pengembangan IPTEK. 

Saya sebagai orang tua juga mengharapkan agar anak saya gemar membaca sejak dini. Sebelum saya mengajarkan anak membaca, tentu saya sendiri juga harus memberikan contoh. Karena, anak itu identik dengan mencontoh figur dari anggota keluarganya. Yaitu bagaimana perilaku sehari-hari yang dilihat oleh anak, secara tidak langsung terekam pada memorinya. Selanjutnya, anak memiliki gambaran perilaku dari anggota keluarga untuk dijadikan percontohan pada tindakan anak tersebut. 

Saat saya menempuh kuliah Magister di IAIN Tulungagung, tentu banyak tugas yang harus diselesaikan. Dan ini membutuhkan referensi berupa buku atau jurnal. Sering kali saya meminjam buku di Perpustakan. Saat itu, anak saya berusia 3.5 tahun. Dia sering melihat saya memegang buku dan membacanya. Dan di tengah-tengah aktivitas belajar saya, dia pun juga sering bertanya “Ini huruf apa?”. Lama kelamaan dia pun hafal dengan huruf abjad. Di usia 4.5 tahun, saya mencoba mengajarinya membaca. Namun, kelihatannya dia belum menyukainya. Karena, dia masih asyik dengan dunia bermainnya.
Tetapi, sebelum tidur saya menceritakan hal-hal yang menarik baginya. Akhirnya, sebelum tidur dia terbiasa harus mendengar cerita dari saya. Nah, saat saya membeli buku, dia pun juga tertarik membeli buku. Dia memilih buku cerita dengan gambar kartun yang menarik. Saya pun membelikannya. Walaupun harganya lumayan mahal. Tetapi, tak apalah untuk menstimulasi anak agar suka membaca. 

Sejak saya membelikan buku cerita, dia selalu meminta saya untuk membacakan cerita pada buku tersebut. Akhirnya, dia mulai tertarik untuk belajar membaca. Selanjutnya, saya membelikan buku praktis membaca dari level 1 sampai 5. Tepat di usia 5.5 tahun ini dia mulai semangat untuk belajar membaca. Bahkan disela-sela kesibukan saya sebagai mahasiswa akhir, dia pun belajar sendiri di samping saya. Jika ada hal yang kurang paham, dia pun selalu menanyakan kepada saya. Terkadang, saat saya membaca buku, dia juga mengamati “kata” yang ada di buku dan membacanya. Jika ada bungkus jajan, atau benda yang ada tulisannya, dia pun tak segan-segan untuk membacanya. 

Jangka tiga bulan, dia sudah lancar membaca. Setelah memiliki kemampuan membaca, dia rajin membaca buku cerita. Saya sebagai orang tua harus memfasilitasi akan perkembangan membacanya. Setiap satu bulan sekali, dia mengajak saya ke took buku. Ya, disana dia akan membeli buku sesuai keinginannya. Buku yang dibeli adalah cerita rakyat. 

Sejak lancar membaca, anak saya selalu menyempatkan waktunya untuk membaca setiap harinya. Bahkan sebelum tidur, dia pun selalu menyempatkan membaca buku cerita. Tentu, proses bisa membaca dan kebiasaan membaca ini butuh waktu dan stimulasi yang sesuai dengan kondisi anak. Karena anak tidak bisa dipaksa pada situasi yang tidak nyaman dan bertentangan dengan keinginannya.

Setiap hari, saya pun harus memberikan contoh untuk membaca buku. Agar anak saya melakukan hal yang sama seperti apa yang saya lakukan. Budaya membaca pada anak usia dini sangatlah penting. Agar di masa berikutnya, kebiasaan ini mengakar pada pribadinya. Ini tidak mudah dilakukan oleh orang tua. Karena karakter anak yang heterogen dan bagaimana orang tua dalam memberikan edukasi pada anak untuk membudayakan membaca. 

Memang budaya membaca pada anak usia dini ini perlu aktuliasasikan di lingkup keluarga. Bisa Ayah atau Ibu sebagai figur utama yang dicontoh oleh anak. Karena anak adalah peniru ulung. Dan budaya berangkat dari kebiasaan yang dilakukan setiap hari hingga aktivitas tersebut merupakan bagian dari kehidupannya. Stimulasi awal adalah keteladanan dari orang tua. Selanjutnya, pemberian stimulasi berupa bimbingan. Hal ini memberikan dampak yang bagus bagi anak untuk menumbuhkan minta belajar membaca. Nah, setelah anak bisa membaca, stimulasi selanjutnya adalah membiasakan anak membaca buku setiap hari. Hal ini orang tua juga perlu memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak. Agar anak, dengan senang hati mau membiasakan diri untuk membaca buku setiap hari.    

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

Belajar Matematika: Melalui Praktek dan Implementasi