Strategi Pembelajaran Daring Berbasis Tugas Proyek Dalam Memfasilitasi Merdeka Belajar

       Strategi Pembelajaran Daring Berbasis Tugas Proyek Dalam Memfasilitasi Merdeka                                   Belajar 
                  
                        Oleh: Siti Rodi’ah

        Hampir satu tahun covid-19 belum menunjukkan “selamat tinggal” pada Negeri ini. Seakan keberadaannya menghantui manusi di bumi Nusantara. Semua orang bertindak profetik saat berinteraksi dengan orang lain atau sekedar berkunjung ke suatu tempat. Penggunaan masker dan handsanitaizer adalah salah satu menu wajib sehari-hari bagi setiap morang saat berada di luar rumah. Ntah sampai kapan pandemi covid-19 ini akan berakhir di Negeri tercinta. Saya yakin semua orang berangan-angan untuk hidup normal seperti sebelumnya. Karena ketidaknyamanan ini sudah dirasakan hingga hampir setahun ini. Tentu, mereka merasa jenuh akan hidup yang tidak normal. Yaitu harus taat dengan protokol kesehatan, membatasi berinteraksi dengan orang lain secara langsung, bertindak profetik saat berada di luar rumah, dan hal-hal lainnya. Tak heran, jika sekarang banyak orang jenuh akan kondisi ini. Mereka mulai meninggalkan aturan protokol kesehatan, banyak kerumunan di mana-mana tanpa memakai masker, bahkan jarang mencuci tangan saat berada di luar rumah. Padahal, kasus covid-19 kian melonjak setiap harinya. Kejenuhan ini membutakan kenyataan yang begitu pahit.

         Berkaitan dengan sikap orang yang mulai jenuh dengan pengamalan aturan protokol kesehatan, dunia pendidikan pun juga tak luput dari sikap tersebut. Dimana, guru maupun peserta didik merasa bosan untuk pembelajaran daring ini. Mayoritas peserta didik memimpikan untuk bisa belajar di Sekolah. Mereka dapat bertemu dengan teman sebaya, belajar bersama, serta mengikuti kegiatan ekstra maupun intra di Sekolah. Memang iklim di rumah tak sepenuhnya mendukung kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Tetapi di Sekolah, mereka mendapatkan suntikan motivasi belajar dan berbagai scaffolding lainnya. Hal ini memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik.

        Selama pandemi covid-19 ini, pembelajaran diarahkan pada sistem online. Melalui sebuah aplikasi, guru dan peserta didik dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Temuan di lapangan, kegiatan pembelajaran daring ini hanya sebatas pemberian tugas saja. Walaupun demikian, guru juga memberikan materi dalam bentuk e-learning. Baik berupa buku, ringkasan materi, power point, maupun video pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan tugas berupa pengerjaan soal di LKS, buku siswa maupun soal yang sudah dibuat sendiri. Nah, tugas-tugas tersebut dikumpulkan di Sekolah dan diberikan penilaian oleh guru. Artinya, selama ini aktivitas belajar siswa hanya berpusat pada pengerjaan soal-soal latihan.

        Aktivitas belajar yang cenderung berpusat pada pengerjaan soal, memberikan peluang pada siswa untuk belajar secara instan. Banyak peserta didik yang belum memahami materi dan merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas guru. Akhirnya jalan pintasnya adalah mencari bimbingan belajar yang memfasilitasinya untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Tak heran, saat ini bimbingan belajar ramai dengan gerumbulan peserta didik yang ingin memperdalam pengetahuannya. Tapi dari komunitas tersebut, sebagian hanya ingin mendapatkan jawaban dari soal-soal yang diberikan oleh guru baik dari LKS maupun buku siswa. Akhirnya belajar secara instan pun tak terelakkan lagi. Terlebih, mesin pencari segala informasi sangat dekat dengan kehidupan peserta didik yaitu handphone android. Dimana, melalui mesin tersebut, mereka dapat mengakses segala hal yang diinginkannya. Termasuk jawaban dari soal-soal yang ada di LKS maupu buku. Tentu, budaya instan ini harus segera ditindaklanjuti. Agar saat mereka kembali ke Sekolah, semangat belajar tetap menggelora. 

        Pembelajaran daring yang cenderung mengarah pada pengerjaan soal latihan, perlu direformasi. Agar peserta didik tidak dirahkan pada situasi benar dan salah. Saya yakin saat peserta didik mengerjakan soal, tentu pikiran pertama yang terlintas adalah bagaimana apa yang ditulis itu salah. Atau bagaimana dia mendapatkan jawaban yang benar. Tentu, aktivitas belajar ini menghambat mereka untuk “merdeka belajar”. Dimana mereka tidak terbebani dengan skor yang diperoleh dari pengerjaan soal-soal latihan. Merdeka belajar adalah terobosan pada peserta didik untuk berpikir apa yang dia tahu dan tidak takut salah. Akhirnya mereka akan berupaya memaksimalkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik melalui proses belajar yang merdeka. Yaitu tidak membebani peserta didik dalam situasi benar dan salah. 

         Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh guru adalah menggunakan tugas proyek pada pembelajaran daring. Tugas proyek dapat didesain pada lembar kerja siswa dan dikirimkan melalui grub whatsap. Ini sangat menarik dilakukan oleh siswa. Tentu, mereka akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna. Mereka belajar sesuai alur sintaks proyek yang tertera pada LKS. Melalui langkah-langkah tersebut, merek dapat menemukan pengetahuan secara mandiri. Dan akhirnya mereka dapat menyimpulkan suatu definisi, aturan, maupun konsep materi yang dipelajarinya. Apa yang dituliskan oleh mereka, tentu murni dari pemikirannya. Pasti, masing-masing siswa akan memberikan jawaban sesuai dengan apa yng dipikirkan oleh mereka. Hal ini cenderung unik dan pikiran mereka telah dimerdekakan oleh rasa percaya diri untuk mengungkapkan apa yang mereka tahu.

         Walaupun penggunaan tugas proyek dapat membantu siswa untuk merdeka belajar, tetapi peran guru sebagai fasilitator sangat esensial. Selain pemberian tugas, guru sebaiknya mendesain pembelajaran daring ini secara efektif. Sebelum pemberian tugas proyek, guru sebaiknya memberikan informasi pendukung berupa materi singkat terkait tugas proyek tersebut. Agar peserta didik mendapatkan pengetahuan dasar, sebelum mereka mengerjakan tugas proyek dan mengkonstruksi pengetahuannya. Berdasarkan hasil penelitian dari sebuah artikel bahwa pengetahuan awal sangat berpengaruh terhadap penyelesaian tugas proyek. Hal ini mengantisipasi peserta didik untuk terjadi miskonsepsi maupun kesulitan dalam menemukan pengetahuan yang telah terdesain pada tugas proyek.

         Selain pemberian informasi awal, presentasi perlu dilakukan. Presentasi ini merupakan sarana peserta didik untuk mengungkapkan hasil temuannya kepada khalayak luas yaitu guru dan teman-temannya. Pada pembelajaran daring ini, guru dapat melakukannya melalui zoom meeting. Tentu hal ini cukup efektif dilakukan oleh guru. Dimana guru dapat mengetahui kejelasan dari peserta didik tentang bagaimana mereka berpikir untuk menemukan suatu pengetahuan. Selanjutnya guru mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan definisi maupun konsep dalam suatu materi. Tentu, arahan ini tidak menjatuhkan kemampuan peserta didik. Justru mereka lebih mengembangkan pemikirannya untuk lebih giat dalam melakukan penalaran pada suatu konten yang dipelajarinya melalui tugas proyek.
 
          Merdeka belajar perlu diblumingkan pada sistem pembelajaran. Agar kemapuan bernalar peserta didik semakin meningkat. Semua peserta didik memiliki kemampuan bernalar. Dan mereka membutuhkan merdeka dalam belajar. Jika pembelajaran hanya mengarah pada jawaban benar dan salah, lambat laun kemampuan berpikir mereka semakin menurun. Akhirnya timbul rasa kurang percaya diri pada kemampuannya.         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung