Ibuku dan Orbit Keluarga

              Ibuku Dan Orbit Keluarga
                  Oleh: Siti Rodiah

Ibuku adalah sosok perempuan yang luar biasa dalam kehidupanku dan adik-adikku. Beliau telah merawat kami dengan tulus dan ikhlas. Kasih sayang beliau tak kenal surut seiring berjalannya waktu, liku-liku kehidupan, serta berbagai polemik dalam mendampingi masa perkembangan kami. Bukan hal yang mudah untuk berada diposisi beliau. Karena cobaan hidup silih berganti. Dimana cobaan ini telah menggoyahkan keluarga kami. Namun, beliau tetap kuat di tengah hantaman badai yang tak kunjung henti. Terlebih,pasca bangkrutnya usaha krupuk Bapak dan pasca beliau melahirkan anak ketiga, beban hidup keluarga semakin menumpuk saja. Saat itu, saya kelas tiga SMP sedang adikku kelas enam SD. Di sisi lain, Bapak hanya bisa bekerja serabutan saja. Sedang Ibu tak bisa membantu perekonomian keluarga. Tapi Beliau tetap bertahan dan tenang dalam menjalaninya.

Saat masa sulit datang menghampiri keluarga kami, berbagai gunjingan dari tetangga maupun saudara silih berganti. Hingga Ibuku menyalahkan Sang Maha Pengasih dan Penyayang. Hidup ini terjadi karena kehendakNya. Dan takdir ini ada karena kehendakNya. Walaupun demikian, kewajiban kami sebagai makhluk ciptaanNya tetap dijalankan. Masa sulit itu terjadi ketika Bapak menganggur dan Ibu memiliki anak yang masih balita. Saya sendiri masuk jenjang SMA dan adikku yang ke dua SMP. Hingga Ibuku tak kehilangan akal, Beliau mencoba menekuni bidangnya lagi yaitu menjahit baju. Tetapi saat itu, beliau harus mengerjakannya di rumah. karena adikku tak ada yang menjaganya. Disamping itu, beliau memotivasi Bapak untuk tekun dalam mencari pekerjaan. Saya dan adik tak luput dari nasehat beliau untuk tetap tekun belajar dalam menggapai cita-cita. Walaupun saat itu, keadaan keluarga begitu sulit, beliau tak mengarahkan kami untuk pustus sekolah. Tapi sebaliknya, kami harus tetap sekolah.

Masa sulit itu membawa keluargaku kehilangan arah. Ketentraman sangat kering saya rasakan di rumah. Bapak sudah mulai putus asa mencari pekerjaan. Berbulan-bulan beliau menganggur. Eksistensi Bapak menjadi merosot di mata Ibu sebagai istri dan saya beserta adik sebagai anak. Hal ini terjadi sejak Bapak lama menganggur. Bapak mulai keluar dari orbitnya sebagai seorang kepala keluarga. Tentu memberikan dampak pada semua anggota keluarga. Saya sempat berpikir untuk putus sekolah. Tak tega rasanya melihat keadaan ini. tapi ketenangan Ibu meruntuhkan hati saya.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Saya memasuki bangku kuliah dan adikku di bangku SMA. Ini adalah pencapaian yang luar biasa. Disamping kesulitan keluarga yang masih menghimpit. Ibuku selalu senantiasa memberikan arahan pada kami untuk tetap sekolah walau keadaan tak mendukung. Ibuku tidak menginginkan anak-anaknya salah arah hanya masalah himpitan ekonomi. Saya diarahkan untuk bekerja paruh waktu. Yang terpenting bisa memenuhi kebutuhan kuliah. Untuk biaya SPP per-semester, dipikirkan sambil jalan. Itu adalah salah satu strategi dari Ibuku agar saya tetap kuliah. Ya, kuliah yang saya ambil di STAIN Tulungagung saja. Sedangkan adikku memilih Sekolah di SMK Sore.

Seiring berjalannya waktu, memang di tengah kesulitan yang menghadang selalu ada pertolongan dari Allah. Sawah miliki Bapak tiap tahun menghasilkan pundi-pundi pendapatan. Disisi lain, Bapak sudah mulai bekerja lagi. Walaupun pendapatan masih kurang memadai. Yang terpenting ada pemasukan. Karena Ibu jarang memberikan uang saku kepada adikku, lantas dia cari cara untuk bekerja sampingan. Dia membuka warung kopi di serambi rumah. Pagi hari digunakan waktu untuk sekolah, sedangkan malam harinya berjualan kopi. Walaupun demikian, dia telah mengorbankan waktu beljaranya. 

Ibuku selalu memperhatikan keluarganya. Beliau melihat bahwa adikku mulai salah arah. Waktu untuk belajar habis untuk jualan. Dan tidurpun juga tidak efektif. Hampir tiap hari dia tidur jam satu dini hari. Sikap Ibu tak tinggal diam. Beliau mengarahkan kepada adikku untuk berhenti berjualan kopi dan fokus untuk sekolah. Awalnya adikku menolak karena beberapa alasan. Tetapi dengan sikap beliau yang sabar, akhirnya dia menerima arahan Ibu. Kalau saya tidak ada masalah karena masih ada waktu longgar untuk belajar yaitu malam hari. Jadi, Ibu tak mempermasalahkan ini. 

Saat adikku lulus SMK, Ibu terus memberikan arahan kepadanya untuk melanjutkan kuliah. Adikku menolak arahan Ibu. Karena dia ingin langsung bekerja. Seiring berjalannya waktu, dia masih menganggur. Terkadang dia ikut menjadi kuli bangunan. Ibu selalu memberikan pengaruh dan gambaran kepada adikku untuk kuliah agar menjadi orang pintar dan tidak mudah dibodohi orang. Dan bisa mendapatkan pekerjaan yang nyaman. Akhirnya, lamabt laun adikku berkenan untuk melanjutkan kuliah. Dia memilih kuliah di UNISKA. Padahal saat itu, Ibu tidak mempunyai uang cukup untuk membayar daftar ulang masuk kuliah. Lantas, beliau pinjam ke saudara. Bagi beliau anak-anaknya tidak boleh salah arah. Pendidikan adalah nomor satu. Terkait biaya, dipikirkan sambil berjalan.

Akhirnya anak-anak Ibu dan Bapak bisa mendapatkan gelar sarjana. Sekarang saya sudah mendapatkan gelar Magister. Bahkan saat ini, adikku sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus dan melanjutkan S2 di UNISKA. Sungguh  pencapaian yang luar biasa. Berkat arahan dan doa Ibu. Walaupun kami berada di situasi yang sulit, tapi Ibu selalu mengontrol jalan kami agar tak meninggalkan jalur yang benar. Bahkan Bapak yang saat ini sudah mendapatkan pekerjaan yang baik, ini juga arahan dan dukungan Ibu.

Ibu dan orbit keluarga seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Mungkin jika saat itu Ibu tidak memberikan arahan pada saya, adik bahkan Bapak, entah bagaimana keadaan sekarang. Ibu memiliki sikap teguh pendirian dan tangguh. Sering Ibu diejek oleh saudara dan tetangga tentang anak dan suami. Tapi Ibu tak menghiraukannya. Ibu tetap fokus dengan rumah tangganya. Gunjingan tersebut terkadang sampai menyayat hati Ibuku. Hanya doa sebagai penghapus duka lara. Dengan harapan ada keajaiban padanya. 

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Ibuku telah memberikan contoh kepadaku dalam menapaki kehidupan rumah tangga. Tak mudah mempertahankan suatu hubungan. Berbagai hantaman cobaan yang silih berganti, dapat menumbangkan suatu hubungan yang dirajut bertahun-tahun. Tentu, seorang istri atau ibu harus menjadi poros keluarga. Dimana, untuk menjadi poros haruslah tangguh. Agar rumah tangga yang dibangun tetap berjalan sesuai daerah orbitnya. 

Terimakasih kuucapkan untuk Ibuku yang telah memberikan arti dalam kehidupanku dan keluarga. Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan dan umur panjang. Amiin 

Komentar

  1. Terimakasih mbk zidna atas kunjungan dan komentarnya🤗

    BalasHapus
  2. Dan memang benar benar luar biasa mbak ibuk e pean . Punya prinsip dan tekad yang kuat . Salut dan perlu jadi panutan .

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung