Menikmati Kebersamaan Dengan Pasangan

Menikmati Kebersamaan Dengan Pasangan

        Tak terasa usia pernikahanku hampir 8 tahun. Yaitu tepat tanggal 23 Oktober 2021, usia pernikahanku menginjak 8 tahun. Kebersamaan bersama suami sebagai pasanganku, memberikan warna dalam setiap langkah hidupku. Terlebih, pernikahan kami diberikan seorang anak perempuan yang cantik dan pintar. Tentu, kebahagiaan ini tak dapat dielakkan lagi. Kehidupan pernikahan ini tak semulus seperti telenovela yang disiarkan oleh stasiun televisi maupun tertulis dalam sebuah novel. Berbagai tantangan dan hempasan acap kali menerjang kekokohan bangaun rumah tangga ini. Hingga pada akhirnya hati kami mulai tersakiti, gelisah, maupun ketakutan. Alkhamdulillah seiring berjalannya waktu, kami mulai beradaptasi dengan masalah. Ya, hingga 7 tahun lebih 3 bulan ini kami masih hidup bersama. Tentunya atas pertolongan dan keridhoan dari Allah swt.
 
         Sejak tanggal 17 Agustus 2020, suami diangkat menjadi supervisior. Dimana jabatan sebelumnya adalah assisten supervisior. Bedanya terletak pada beban kerja dan hari liburnya. Sejak menjadi supervisior di perusahaan, hari liburnya adalah sabtu dan minggu serta tanggal merah. Dan pekerjaannya non sift. Jadi dia bekerja dari pagi jam 7 hingga 5 sore. Saya teringat, saat pertama kali dia menjadi supervisior. Tubuhnya mulai kurus, beban pikirannya sangat tampak saat dia pulang ke rumah, dan liburan pun dia tak tenang. Karena, jabatan ini sangat esensial terhadap pencapaian produksi pada perusahaan. Sehingga dia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kualitas produk. Saya pun kembali teringat, ketika jam 12 malam dia di telfon oleh asistennya. Yakni perihal mesin yang trobel dan berpengaruh terhadap kualitas produk. Akhirnya, suami memberikan arahan terhadap permasalahan mesin tersebut. Ya, sejak menjadi supervisior, dia jarang mematikan data seluler. Karena, jika ada permasalahan terkait mesin, dia bisa tanggap dan langsung memberikan arahan terhadap asistennya. 

        Hari sabtu dan minggu adalah momen saya berjumpa dengan suami. Karena selama menikah kami hidup berpisah dan bertemu saat dia libur bekerja. Saya berada di lokasi Tulungagung, sedangkan suami bekerja di Sidoarjo. Hmmm…memang saya ingin berkumpul dengan suami setiap hari, tetapi jika ikut ke sana, mungkin ada berbagai masalah yang ditimbulkannya. Seperti lingkungan yang tak sesuai dengan di desa, tinggal di kontrakan sempit, jarang berinteraksi dengan orang lain, dan lain sebagainya. Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal secara berpisah dan bertemu saat dia libur bekerja.

        Momen kebersamaan kami hanya selang 2-3 hari setiap minggunya. Bagi kami ini adalah waktu yang cukup untuk melepas kerinduan. Sering kali saat saya bergelut dengan kotak hitam yaitu lapotop, dia pun komplain. Nah, sejak saat itu saya jarang untuk membuka laptop saat dia berada di rumah. Mengobrol bersama dalam suasana tenang adalah kenikmatan tersendiri bagi kami. Bercanda bersama memberikan kesan cinta yang amat dalam terhadap hubungan kami. Tertawa bersama akan ceritanya atau cerita saya adalah hal yang selalu kita lakukan saat bertemu. Saya bersyukur atas nikmat ini. Bahagia bukan terletak pada perolehan materi belaka, melainkan ketenangan hidup, memiliki relasi yang baik bersama pasangan, serta hal lain yang mendukung timbul rasa kebahagiaan.
          
         Hari jumat malam suami tiba di rumah. Tepatnya pukul 22.10 tiba di rumah dalam keadaan capek. Terlihat bidadari kecil kami sudah terlelap pulas. Alat transportasi kereta api adalah pilihan mobilitasnya. Karena faktor kenyamanan dan keamanan. Sebelum tidur, kami menyempatkan diri untuk ngobrol hal-hal yang terjadi saat tidak bersama. Ntah urusan pekerjaan, maupun kejadian lainnya. Hal ini saya nikmati saat bersamanya. Ternyata kedua mata ini tak tahan untuk dipejamkan. Akhirnya kami pun tidur. Salah satu tangan kami merekat satu sama lain. Dan saya pun mendapatkan kecupan hangat darinya. Ini adalah bagian dari bumbu cinta yang memberikan ketentraman dalam hubungan pernikahan kami.

         Esoknya kami menyiapkan diri untuk pergi ke Trenggalek. Setiap satu bulan sekali, kami mengagendakan berkunjung ke rumah orang tuanya. Selain itu, kami juga bersih-bersih rumah yang sudah dibangun di dekat rumah orang tuanya. Di perjalanan, dia sering mengajak saya ngobrol tentang pengalaman yang seru. Saya pun selalu berusaha untuk menjadi teman yang baik saat diperjalanan. Setiap kata yang diucapkan selalu saya perhatikan. Kalaupun itu lucu, kami pun tertawa bersama. Tapi kalaupun itu butuh tanggapan, saya pun selalu memberikan umpan balik terhadap apa yang ditanyakan ataupun diucapkan. 

       Akhirnya, kami tiba di Watulimo dengan lancar. Anak perempuanku langsung beranjak dari kendaraan motor dan bermain bersama kedua keponakan. Kami pun melepas kerinduan dulu dengan orang tuanya dengan ngobrol sebentar. Selanjutnya, barang bawaan langsung diarahkan ke rumah kami yang lokasinya sangat dekat. Saat berada di Trenggalek, quality time ini semakin bermakna saja. Pasalnya, anak kami asyik bermain dengan kedua keponakanku. Sehingga kami pun bisa menikmati banyak waktu bersama. Walaupun kita juga sering berinteraksi dengan kedua orang tua, saudara dan keponakan. Tetapi quality time di rumah sendiri sangat terasa. 

          Sore harinya saat putri kami bermain dengan kedua keponakan, kami pun menikmati waktu ini dengan bergurau bersama. Ya, suami sangat senang mengggodaku. Sampai membuatku malu dan menunjukkan sikap yang aneh. Kalau sudah seperti itu, dia merasa puas untuk menggodaku. Ini adalah cara kami untuk menjaga keharmonisan hubungan pernikahan. Terkadang, saat dia konsentrasi menjawab WA dari pabrik, saya pun memeluknya dari belakang. Hingga ekspresinya tampak kaget. Dia harus menanggapi WA dulu atau saya. Pastinya dia menanggapi WA nya, karena tanggung jawabnya sangat besar terhadap pengontrolan produksi. Karena kondisi mesin trobel, jadi WA ini masih berlanjut. Sepertinya, saya dicuekin olehnya. Tetapi, ini tidak masalah bagiku. Saat memeluknya, hati ini terasa tentram.

         Saat bersamanya memberikan kenikmatan tersendiri terhadap perasaan ini. Bahkan, sering saya merasa ketika dia akan berangkat kerja, hati ini merasa berat untuk berpisah. Kami harus berpisah selama 5 hari dan bersama lagi selama 2 hari.  Banyak sekali hal-hal yang kami lakukan saat bersama. Tentunya, hal-hal positif yang berdampak pada keutuhan hubungan pernikahan kami. Walaupun, tak selalu kami berada pada situasi nyaman, terkadang ada problem dari hubungan kami. Baik dari perbedaan prinsip atau masalah yang ditimbulkan oleh keluarga dekat kami. Tetapi, itu adalah bagian dari perjalanan rumah tangga kami. Semoga kebersamaan kami selalu mendapatkan keberkahan dariNya. Aamiin…….  
     

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung