Visitasi Daring Penuh Drama


         Tepatnya hari jum’at tanggal 6 November 2020 Program Studi Magister PGMI telah melaksanakan visitasi secara daring. Saya adalah  salah satu tim borang S2 PGMI. Hampir satu tahun kami menyelesaikan borang ini. Akhirnya harapan AL ini terwujud juga dengan adanya surat pemberitahuan dari BAN-PT bahwasannya jadwal visitisai S2 PGMI dilaksanakan pada tanggal 6 sampai 7 November 2020. Rasa senang dan lega ini tercampur menjadi satu. Namun, kami sebagai tim Borang juga tak boleh putus semangat dalam menyelesaikan dokumen-dokumen yang belum kami persiapkan. Awalnya kami mempersiapkan dokumen-dokumen tersebut dalam bentuk hard file. Akan tetapi, visitasi ini masih dalam situasi covid-19. Sehingga kami harus menyiapkan dokumen-dokumen tersebut dalam bentuk soft file. Tentunya bukan perkara yang mudah dalam mempersiapkan AL ini. Kerja keras, kerja cepat, dan berpikir cepat adalah modal kami dalam mempersiapkan visitasi secara daring. Banyak waktu, tenaga dan pikiran yang sudah kami korbankan demi kesuksessan visitasi ini. Alkhamdulillah kawan-kawan membantu visitasi Prodi S2 PGMI dengan ikhlas dan jarang berkeluh kesah. 
         Tanggal 27 Oktober 2020, Pak Adi mengumumkan di Grub Visitasi S2 PGMI bahwasannya jadwal visitasi telah terbit yaitu tanggal 6-7 November 2020. Sontak grub yang awalnya sepi dari kicauan anggota-anggota yang berasal dari dosen dan mahasiswa, seakan terbangun dari tidurnya. Dan grub ini kembali ramai lagi seperti keadaan sepuluh bulan yang lalu. Dimana saat itu, kami direpotkan untuk mempersiapkan dokumen-dokumen yang termaktub dalam buku borang. Sehingga tampaklah keramaian grub visitasi ini. Mulai dari kawan-kawan menguploud foto-foto saat di ruang Borang, bahkan kiriman ucapan semangat dari dosen-dosen untuk menyelesaikan penyiapan dokumen dari masing-masing standar. Hal itu terulang kembali saat berita jadwal visitasi ini diuploud oleh salah satu dosen S2 PGMI yaitu Pak Adi. 
          Pada tanggal 28 Oktober 2020, kami melakukan rapat di ruang Borang. Tepatnya sebelah barat ruang perpustakaan di gedung perpustakaan baru. Saat ini, personil dari masing-masing standar belum menunjukkan kekompakan. Karena pasca pandemi covid-19 ini, kawan-kawan dari luar kota telah menetap di tempat kelahirannya. Hanya ada segelintir anggota grub visitasi yang bisa hadir pada perdana rapat ini. Seakan saya merasa mobal setelah Pak Adi dan Pak Prim menjelaskan sistematika visitasi ini. Karena semua dokumen harus dipersiapkan dalam kurun waktu singkat yaitu satu minggu. Selain itu, semua dokumen harus dijadikan bentu file. Karena visitasi dilakukan secara daring. Masih banyak dokumen yang belum saya buat dan persiapkan. Saat itu, kekurangan dokumen pada standar saya masih 50 %. Terlebih partner saya sulit untuk dihubungi. Karena dia sibuk ngajar di Sekolahan dan menjadi guru privat. Tentunya saya tidak bisa untuk bekerja sendiri. Akhirnya dengan ketlatenan saya menghubunginya telah menunjukkan hasil. Dia mengkomfirmasi saya dan menyatakan bisa membantu visitasi S2 PGMI. Hati ini mulai lega walaupun mungkin dia tidak bisa standby di lokasi untuk jangka waktu dekat ini. Akhirnya kami membagi tugas, karena di standar 2 lumayan berat dan banyak dokumen yang harus dipersiapkan. Saya mengerjakan 2.5 sampai 2.6, sedangkan dia menambah kekurangan dokumen di 2.1 sampai 2.4. 
      Dalam kurun waktu sepuluh hari menuju visitasi, kami sebagai tim Borang disibukkan dengan penambahan dokumen-dokumen yang perlu untuk dilampirkan, menyempurnakan dokumen yang telah dibuat sebelumnya, serta membuat google drive untuk pembuatan link setiap item yang akan dikirimkan ke assessor dan ditunjukkan pada waktu visitasi. Pekerjaan ini sangatlah menguras tenaga, pikiran, dan waktu. Saya sebagai seorang Ibu harus waktu bersama anak untuk menyelesaikan Borang ini. Karena ini adalah suatu tanggung jawab yang harus saya selesaikan. Bahkan tiga hari sebelum visitas, saya harus “nglembur” di kampus sampai larut malam. Dan anakku sering protes akan hal ini. Tetapi apa daya diri ini untuk menghindari situasi ini.
          Pada hari Jumat prodi S2 PGMI telah melaksanakan visitasi. Kebetulan prodi ini mendapatkan assessor dari Dikti, yaitu dari kampus UNY dan UPI. Tentu sudah terbayang akan sikap kritis yang ditunjukkan oleh kedua assessor tersebut terkait bukti dokumen pada buku Borang. Pada saat visitasi, saya datang agak siang, yaitu sekitar jam setengah 9. Sebelumnya saya sudah izin kepada Pak Adi selaku sekprodi S2 PGMI bahwasannya saya tidak bisa datang pagi. Karena saya masih mengurusi anak dan pekerjaan rumah. Diantara tim Borang lainnya, sayalah yang diberikan kelulasaan waktu datang. Ya, memang diantara lainnya, sayalah yang sudah menikah dan memiliki anak. Sehingga mereka tahu akan kesibukan saya di rumah. Bahkan saat saya tiba di ruang visitasi, acara sudah berlangsung sekitar satu jam. Wah, kegiatan visitasi ini berlangsung secara tepat waktu, yaitu dimulai dari pukul 07. 30. Kegiatan visitasi ini berlangsung secara daring, dengan mengandalkan aplikasi zoom. 
Kegiatan visitasi ini dihadiri oleh direktur dan wadir yang berada di lokasi berbeda, serta pihak LPM, LP2M, beberapa dosen pascasarjana yang berada di lokasi visitasi dan ada beberapa dosen yang menghadiri acara ini di rumah, serta beberap staff lainnya, dan seluruh tim Borang. Hampir semua menggunakan headset, agar komunikasi secara virtual ini dapat berlangsung secara efektif. Memang visitasi secara daring merupakan pengalaman pertama bagi prodi ini. Sehingga ada beberapa kekurangan dan kendala. Ini adalah hal yang lumrah bagi saya. 
         Drama dimulai setelah tim assessor mulai mengkaji isi Borang yang memuat tujuh standar. Dimana sebelumnya kami sudah memberikan alamat link pada masing-masing item seluruh isi Borang tersebut. Hal ini memudahkan para asseseor untuk meneliti antara isi Borang dengan dokumen yang telah dipersiapkan oleh tim Visitasi. Tetapi kenyataan di lapangan tak seperti apa yang kami perkirakan. Para assessor belum melihat isi dokumen yang telah kami persiapkan. Karena mereka kesulitan untuk membuka google drive beserta alamat link yang sudah kami kirimkan sebelumnya. Sehingga saat visitasi berlangsung, Pak Adi sebagai host sekaligus tim inti visitasi, menunjukkan raut wajah yang tidak biasa. Ketegangan telah ditunjukkan dari sikapnya saat menunjukkan bukti dokumen yang dipertanyakan oleh tim assessor. Saya dan kawan-kawan Borang juga merasakan hal yang sama. Kami harus duduk berjejer mendampingi Pak Adi, agar bisa membantu untuk mencarikan dokumen di google drive.  
Hari menjelang siang seakan adrenalin ini semakin meningkat. Hal ini sangat terasa ketika Pak Adi membuka link untuk ditunjukkan ke assessor, tetapi sinyal tak menudukung. Sehingga tim assessor mengira bahwa prodi tak bisa menunjukkan bukti dokumen yang diinginkan oleh para assessor. Padahal kami sudah memiliki dokumen tersebut. Assessor menginginkan setiap dokumen yang ingin dilihat harus segera cepat ditampilkan. Seakan hidup kami tergantung pada sinyal. Kalaupun kami bisa menunjukkan dokumen tersebut dari google drive kami, tapi para assessor tidak dapat melihatnya pada tampilan di zoom. Sontak ketegangan ini muncul dengan sendirinya. Sabar dan berusaha adalah kunci dari suatu kesuksesan. Akhirnya para assessor dapat melihat tampilan dokumen yang kami tunjukkan dari zoom. 
         Jam istirahat telah memberikan kami waktu luang untuk menginput data-data di flashdisk. Jalan ini terpaksa dipilih oleh Pak Adi untuk memudahkan para assessor melihat dokumen yang sudah kami persiapkan. Walaupun waktu untuk istirahat ini cukup lama yaitu satu setengah jam, tetapi kami harus memberdayakan waktu ini sebaik-baiknya. Seoalah tak ada waktu bagi kami untuk bersantai. Ketegangan masih menyelimuti hidup kami dalam sehari ini. Rasanya ingin jarum jam segera menunjukkan waktu maghrib. Agar visitasi ini segera berakhir. Saya sebagai salah satu penanggung jawab standar 2 masih deg-degan mendampingi Pak Adi untuk menunjukkan dokumen-dokumen pendukung standar 2. Walaupun nasi kotak dan snack sudah di depan mata, tapi hati ini tak kuasa untuk memakannya. Perasaan ini masih tak karuan. Akhirnya jam istirahat ini mulai berakhir. Saya bersama Iim sebagai partener di standar 2 mulai duduk mendampingi Pak Adi. Saya berharap assessor tidak terlalu detail dalam menanyakan dokumen di standar 2. Karena ada beberapa dokumen yang belum lengkap di 2.6. Kedua bibir ini tak hentinya memanjatkan doa kepada Allah. Akhirnya, assessor mulai membahas buku Borang standar 3. Inilah momen yang saya nantikan sejak 2 jam yang lalu. Ya, kurang lebih assessor mengkaji dokumen-dokumen di standar 2 hingga kurun waktu 2 jam. Waktu yang tidak singkat.     
        Drama di tengah visitasi semakin klimaks. Ketika Pak Adi menunjukkan dokumen di standar 3, tiba-tiba ada pemadaman listrik. Akhirnya semua tim visitasi sekaligus para dosen yang membantu AL ini menjadi lemas tak berdaya. Seakan hidup dan mati ini dipertaruhkan oleh sumber daya listrik dan sinyal. Ya, visitasi daring ini sangat menantang dan rumit. Kami harus terpaku pada keberadaan sumber listrik serta sinyal yang bagus. Sontak salah seorang dosen yang bernama Pak Zun mengajak kami untuk pindah ruangan di FEBI. Menurut beliau, disana ada jenset yang bisa digunakan. Akhirnya kami harus memboyong semua perlengkapan yang digunakan untuk visitasi di gedung FEBI. Komputer, modem, kabel, buku Borang, dan lain-lain tak luput dari ingatan kami. Semua peralatan tersebut kami pindahkan sementara di sana. Ruangan baru yang kecil ini masih muat untuk menampung kami. Kami bergegas untuk memasang komputer dan beberapa perlengkapan lainnya. Untungnya AC di ruangan ini bisa digunakan, sehingga dapat mengguyuri rasa lelah kami. 
       Akhirnya empat puluh menit kami mempersiapkan visitasi daring ini. Waktu yang cukup lama untuk memasang komputer, janset, dan beberapa perangkat lain yang mendukung kegiatan visitasi daring ini. Kedua assessor kembali berdialog dengan Pak Adi dan Pak Prim. Gurauanpun tak dapat dielakkan lagi oleh mereka. Pak Adi dan Prim menceritakan bagaimana mereka dan sejumlah rekan-rekan memboyong berbagai peralatan dan keperluan untuk visitasi daring ini di gedung FEBI. Hingga akhirnya mereka dapat berdialog lagi dengan para assessor. Tentunya, gurauan ini sangat diperlukan. Terlebih setelah penat berjalan dari gedung perpus baru ke gedung FEBI. Dan kami mengharuskan diri untuk memboyong berbagai perlengkapan. Hingga kami harus mondar-mandir lebih dari satu kali. Kegiatan assessment lapangan (AL) dimulai lagi tepat pukul 15.20. Standar 3 mulai dicermati oleh kedua assessor yang berujung pada pertanyaan dokumen mahasiswa berprestasi. Saat itulah drama kembali terjadi. Karena file tersebut tidak ada di google drive maupun flasdisk. Terlihat penanggung jawab standar 3 menunjukkan raut wajah yang tidak biasa. Ketegangan, kekhawatiran, dan kegundahan terlintas pada gerak-geriknya. Berpikir cepat dan tepat sangat diperlukan saat ini. Akhirnya Pak Adi menunjukkan salah satu dokumen tersebut yang masih tersimpan dalam komputernya. Walaupun hanya satu mahasiswa saja. Salah satu assessor menawarkan untuk istirahat sejenak. Karena jarum jam sudah menunjukkan waktu sholat. 
Di sela jam istirahat Pak Adi menelfon mahasiswa berprestasi tersebut untuk mengirim sertifikat. Usaha beliau tidak sia-sia. Satu persatu mulai mengirimkan sertifikat melalui pesan whatsap. Di tengah keadaan yang cukup menegangkan ini, salah satu tim Borang ada yang menangis. Dia takut dan khawatir jika assessor mempertanyakan dokumen yang sudah dibuatnya. Karena ada beberapa dokumen yang kurang fiks. Pak Adi selaku sekretaris jurusan dan tim inti visitasi ini memberikan semangat kepada teman saya. Agar tetap semangat. Saya dan teman-teman yang lain juga memberikan motivasi kepadanya untuk tetap semangat dalam menghadapi visitasi ini. Visitasi daring lebih menakutkan daripada sidang tesis. Karena antara dokumen yang telah kita persiapkan, terkadang tidak sesuai dengan keinginan assessor. Atau dokumen yang ditanyakan belum dipersiapkan. Menurut Pak Prim, visitasi daring lebih menantang daripada ujian disertasi.
         Akhirnya assessment lapangan pada hari Jum’at berakhir pukul 17.20. Dan besok masih ada kelanjutannnya. Satu hari penuh kami menguras banyak tenaga, pikiran, dan emosi. Tentunya diwarnai berbagai hiruk pikuk permasalahan yang menjadikan suasana ruangan visitasi menjadi tegang. Lelah adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan lagi kami. Tetapi semangat ini tetap menggelora di hati kami dalam melalui visitasi secara daring ini dengan sikap totalitas. Mengingat assessor yang kita hadapi bukan berasal dari lingkup Kemenag, melainkan dari Dikti. Tentu cara pandangpun berbeda dengan kami yang berada pada naungan Kemenag. 
           Hari Sabtu adalah hari terakhir visitasi daring S-2 PGMI. Pada hari ke dua suasana tak terlalu menegangkan dibandingkan hari pertama. Kami belajar dari pengalaman dari hari pertama. Sehingga beberapa persiapanpun sudah kami rancang sebelumnya. Walaupun demikian, dramapun masih berlanjut. Ada beberapa dosen hombase yang tidak bisa menghadiri visistasi ini. Baik secara virtual maupun kesediaan untuk meluangkan waktunya hadir di ruangan visitasi. Mungkin dikarenakan terbentur dengan beberapa agenda yang sudah ada. Tetapi ketidahadiran dosen hombase ini menjadikan suasana menjadi tegang. Para assessor mempertanyakan ketidakhadiran dosen hombase. Sontak semua yang berada di ruangan hanya bisa diam tak terucap. Dan tak tahu akan berbuat seperti apa. Memang hari ini para assessor ingin mewawancarai para dosen hombase yang mengajar di S-2 PGMI. Selanjutnya assessor mewawancari mahasiswa S-2 PGMI. Alkhamdulillah berjalan dengan lancar. Sehingga assessor langsung kembali mengkaji isi Borang yang sampai pada standar 4. 
        Hari ini adalah terakhir assessmen lapangan. Para assessor tak gentar lengah dalam mengkaji isi Borang dan mempertanyakan dokumen serta memberikan serangkaian argument. Hingga pada jam lima sore, acara masih berlangsung. Hingga kami lupa waktu sholat a’sar. Selain itu, saya melihat Pak Prim dan Pak Adi yang setia di depan komputer masing-masing belum berani untuk meninggalkan kursinya. Rasa lelah sangat Nampak jelas oleh kami sebagai tim yang membantu visitasi ini. Bahkan untuk sekedar minum atau makan, kami yang membantu untuk menyediakan di mejanya. Ini adalah tanggungg jawab yang harus diiemban oleh mereka. Akhirnya visitasi berakhir pukul 18.30. Seingga Pak Adi dan Prim harus mengqodo’ sholat ‘asar dan maghrib.  
           Visitasi ini berlangsung selama dua hari penuh. Ini adalah pengalaman yang luar biasa dalam diriku. Berbagai polemik yang muncul di tengah-tengah visitasi ini tak meruntuhkan semangat kami untuk memberikan yang terbaik pada prodi kami yaitu S-2 PGMI. Apapun hasilnya kami sudah berusaha yang terbaik untuk prodi S-2 PGMI.    

Komentar

  1. Saya terharu membacanya. Perjuangan yang luar biasa bu.....

    BalasHapus
  2. Iya mas, sungguh luar biasa perjuangan kami dalam menjalani visitasi daring ini. Terimakasih sudah berkunjung

    BalasHapus
  3. waah luar biasa. semoga hasilnya nanti memuaskan. saya juga mau akreditasi di lembaga paud juga. dan ini pertama kalinya

    BalasHapus
  4. Semoga akreditasinya lancar nggeh. Terimakasih doanya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung