Perempuan Tangguh

                  Perempuan Tangguh
                    Oleh: Siti Rodi’ah

Setiap pagi saya menyempatkan diri untuk olahraga ringan. Jalan kaki adalah pilihan yang bagus untuk menggerakkan anggota tubuh setelah berbagai rutinitas kehidupan yang telah saya jalani. Jalan kaki juga memberikan efek yang baik untuk kesehatan tubuh. Udara yang masih segar menambah gairah tersendiri dalam menjalani rutinitas ini. Walaupun hanya hitungan menit, tetapi menurut saya sudah cukup jika dilakukan secara konsisten. Tentunya, bukan saya saja yang menjalani rutinitas ini. Terlihat dari arah timur dan barat kumpulan orang-orang paruh baya berduyun-duyun menggerakkan kedua kakinya. Bahkan candaan anak kecilpun ikut meramaikan suasana yang sunyi ini. 

Di ujung jalan sebelah barat, terlihat kendaraan bermotor yang sedang membawa penumpang seorang perempuan yang berseragam. “Mustika” adalah kata yang tertulis di belakang baju seragam yang digunakannya. Ya, mereka bekerja di Pabrik Rokok Mustika. Tetapi lokasinya berada di daerah Pakel. Tentunya, jauh dari lokasi rumah mereka. Beberapa bulan yang lalu, ada cabang pabrik rokok tersebut di daerah saya yaitu berada di sebelah timur rumah saya yang jaraknya kurang lebih 500 meter. Karena sudah habis jangka kontraknya, maka terpaksa aktivitas produksi harus pindah di lokasi pusatnya yaitu berada di Pakel. Sehingga para pekerja harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. 

Mayoritas para pekerja berasal dari kaum hawa. Terlihat para ibu-ibu yang berduyun-duyun menuju lokasi pabrik lama, dan diantar oleh anaknya atau cucunya. Saya melihat sebagian besar berasal dari wanita yang sudah paruh baya. Bahkan cucunya sudah besar, sehingga bisa mengantar neneknya di lokasi pabrik lama. Di lokasi pabrik lama itulah mereka dijemput oleh kendaraan bis. Ya, bis adalah alat transportasi yang sudah disiapkan oleh pihak pabrik untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuan yaitu Pabrik Rokok Mustika yang lokasinya berada di Pakel. Tentu, butuh waktu yang lumayan lama untuk sampai ke lokasi tersebut yaitu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Dengan adanya fasilitas transportasi bis sangat membantu mereka untuk sampai tujuan tanpa bersusah payah datang sendiri ke lokasi. Mereka dapat berangkat berasama teman-temannya dan berkumpul pada satu bis. Tentunya, di tengah-tengah perjalanan, mereka tak luput dari saling mengbrol atau berjanda dengan antar rekan. Hal ini menjadikan suasana perjalanan menjadi lebih menyenangkan. 

Saya melihat mereka adalah sosok perempuan tangguh. Setiap hari mereka harus bekerja, kecuali hari Minggu. Dan mereka harus berangkat dari rumah sekitar pukul 04.45. Kadan. Karena bis tiba di lokasi sekitar pukul 40.30 dan berangkat ke pabrik Mustika yang berada di lokasi Pakel sekitar jam lima pagi. Sehingga jika mereka telat, maka mereka tak bisa bekerja pada hari itu. Belum lagi berbagai urusan pekerjaan rumah tangga yang menumpuk. Mulai dari masak, mencuci baju, dan membersihkan rumah. Mungkin saja, setiap hari mereka harus bangun jam 3 pagi untuk mengerjakan urusan pekerjaan rumah tangga. Bagaimanapun juga urusan pekerjaan rumah tangga adalah kewajiban seorang Ibu. Ditambah lagi mereka harus bekerja dengan jarak tempuh yang cukup jauh. 
Saat saya berjalan pagi disebelah barat rumah sekitar 20 meter, terlihat sosok perempuan yang sudah memiliki cucu  berdiri di pinggir jalan. Ada tiga perempuan disana. Mereka saling ngobrol sambil menunggu bis tiba di lokasinya. Ya, bis tersebut melintasi lokasi dimana mereka berdiri dan menunggu. Tak ada kata mengeluh atau raut wajah yang kusam. Tetapi candaan, bahkan raut wajah penuh ceria telah terpancar oleh mereka. Saya salut dengan semangat mereka untuk berjuang mencari nafkah atau hanya sekedar mencari kegiatan yang produktif. Semangat mereka dalam bekerja patut dijadikan tauladan bagi kaum muda untuk lebih semangat lagi dalam bekerja. 

Mayoritas pekerja di Pabrik Rokok Mustika didominasi oleh perempuan yang usianya sekitar lima puluh tahun ke atas. Tentunya yang terlintas di pikiran kita bahwa mereka tidak muda lagi. Dan kualitas tenagapun juga sudah menurun dibandingkan yang muda. Walaupun demikian, tenaga mereka masih bisa diberdayakan untuk menghasilkan pundi-pundi uang. Mereka yang sudah usia lansia, tidak kenal lelah dan semangat untuk bekerja. Padahal secara beban hidup tak lagi berat, bahkan mulai berkurang. Karena anak mereka sudah besar dan bisa mencari sumber nafkah secara mandiri. Mayooritas mereka sudah memiliki cucu yang bisa mengantar mereka ke lokasi pemberhentian bis. Sungguh luar biasa semangat mereka. Mungkin saja mereka tidak ingin merepotkan anak-anaknya dalam urusan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sehingga semangat untuk bekerja masih menggelora di dalam lubuk hatinya. Atau mereka ingin mengisi masa tuanya dengan kegiatan yang produktif yaitu bekerja.

Sistem pekerjaan yang diterapkan di Pabrik Mustika adalah “borongan”. Artinya siapa yang cepat dan tepat, maka dia akan mendapatkan pundi-pundi uang yang banyak. Tetapi bagi mereka yang kerjanya lambat dan sering ada kesalahan, maka hasil yang didaptkan kurang maksimal. Wah, terbayang dibenakku akan ketangguhan para pekerja-pekerja ini. Sebelum berangkat bekerja mereka harus menyelesaikan urusan pekerjaan rumah, dan perjalanan yang ditempuh untuk sampai di lokasi Pabrik juga cukup jauh, belum lagi tuntutan pekerjaan di Pabrik yang mengaharuskan kerja cepat dan tepat.  

Satu bulan yang lalu, Pabrik Rokok Mustika menjadi salah klaster penyebaran virus covid-19. Sehingga para pekerja diberlakukan untuk menjalani rapit test. Ada banyak pekerja di Desa saya yang reaktif. Namun mayoritas dari kalangan paruh baya. Bagi mereka yang masih muda, masih tergolong aman, yakni berkisar antara 30 sampai 40 tahun. Mungkin karena faktor usia yang menyebabkan tinggi rendahnya imunitas tubuh. Akhirnya bagi pekerja yang dinyatakan reaktif, seketika mereka dijemput oleh ambulans dengan petugas berseragam putih yang dilengkapi atribut seragam covid-19. Mereka dibawa ke Rusunawa IAIN Tulungagung yaitu tempat karantina bagi pasien covid-19. Terbayang bukan bagaimana beban psikologis bagi pekerja yang reaktif tersebut. Tentu saja bukan hanya pihak yang bersangkutan saja yang harus menanggung beban psikologis, tetapi anggota keluarga yang ditinggalkannya juga mengalami hal yang sama. Yaitu mereka harus dijauhi oleh tetangganya. Belum lagi cuitan dari para netizen yang tidak tahu menahu delik masalahnya. Hal ini sangat jelas sekali saat salah satu anggota keluarga curhat dengan saya. Ya, kebetulan tempat saya membeli sayur itu adalah salah satu anggota keluarga pasien covid-19. Memang hal ini tidak ada yang disalhkan. Bagi orang lain tentu memilih jaga jarak social bagi mereka yang anggota keluarganya terkomfirmasi covid-19. Namun, pihak yang bersangkutan, mereka tidak ingin untuk dikucilkan di lingkungannya. 

Selang satu bulan berlalu, para pasien karantina covid-19 bisa pulang di rumah masing-masing. Karena keadaan tubuhnya sudah membaik dan sehat. Tentu aktivitas produksi di Pabrik Rokok Mustika mulai beroperasi lagi. Kelihatannya peristiwa klaster penyebaran covid-19 tidak menggoyahkan semangat para pekerja untuk kembali beraktifitas lagi. Saya melihat di depan rumah, para pekerja dari golongan paruh baya tetap semangat dalam mencari nafkah. Mereka diantar oleh cucunya dengan mengendari montor. Sembari membawa tas dan masker. Angkutan bis membawa para pekerja dengan muatan yang penuh. Senyuman dan harapan untuk mendapatkan pundi-pundi uang telah tersirat pada raut wajah yang tampak dari kaca bis. Pagipun mulai ramai lagi akan kendaraan yang lalu lalang bagi para pekerja yang hendak menuju lokasi penjemputan. Semangat para perempuan tak runtuh pasca kasus klaster penyebaran virus covid-19 di tempat mereka bekerja. Ini patut kita contoh akan menghidupkan kembali semangat untuk berkarya setelah dilanda musibah.        

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung