"Meneladani Filosofi Tanaman Pisang"

Meneladani Filosofi Tanaman Pisang
                Oleh: Siti Rodi’ah

Tantangan kehidupan yang semakin rumit, menjadikan manusia berpikir keras dalam menyusun berbagai strategi. Agar mampu bertahan hidup dalam situasi yang sulit ini. Hingga manusia menentukan jalan hidup yang ingin ditempuhnya. Ada berbagai jalan hidup yang telah disajikan di alam ini yang mengarah pada dua hal yaitu baik dan buruk. Akan tetapi, keadaan memaksakan diri ini untuk memilih kedua-duanya atau lebih dominan pada satu aspek yaitu baik atau buruk. Terkadang dua aspek tersebut tak jelas untuk ditafsirkan dan lebih bersifat abstrak. Hal baik akan tampak buruk dan begitu sebaliknya. Sungguh ambigu dan tidak jelas akan eksistensinya. Ya, ini hidup di zaman modern yang cukup rumit ini. 

Bertolak dari tantangan kehidupan di zaman modern ini, marilah kita mencermati alam ini. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil untuk memperbaiki kualitas hidup ini. Salah satu yang menarik untuk dicermati adalah proses perkembangbiakan dari tanaman pisang. Mengapa tanaman pisang? Dan bukan tanaman lainnya. Karena menurut saya siklus kehidupannya tergolong unik dibandingkan lainnya. Tanaman pisang mampu bertahan hidup selama belum menghasilkan buah. Tetapi setelah menghasilkan buah, tanaman pisang akan mulai layu dan akhirnya mati. Hal ini sangatlah unik dibandingkan dengan tanaman pada umumnya yang masa hidupnya tidak ditentukan oleh masa menghasilkan buah. Dan tanaman pisang hanya menghasilkan buah sekali selama masa kehidupan tanaman. Padahal pada tanaman lainnya dapat menghasilkan buah lebih dari satu kali, yaitu selama tanaman tersebut masih dalam keadaan subur. Tentunya siklus perkembangbiakan tanaman pisang berbeda dengan tanaman lainnya.

Saya pernah mencermati proses perkembangbiakan tanaman pisang di belakang rumah. Saat itu suami telah memindahkan tunas baru di sekitar tanaman induk pada pohon pisang. Selang beberapa hari, tanaman pisang yang telah dipindah tampak layu. Batangnya mulai berubah warna dan tampak sedikit lembek. Daunnya pun sudah berwarna kecoklatan. Tanda-tanda kehidupan tak lagi nampak. Rencana tanaman pisang yang sudah layu ini, ingin saya ganti dengan tanaman yang lain. Tetapi, suami melarangku untuk mencabut atau menggantikan dengan tanaman lain. Akhirnya selang bebarapa hari, hingga beberapa minggu, tanaman pisang tersebut mulai menunjukkan fase kehidupan. Mulai muncul daun muda. Hati ini lega melihatnya ada tanda-tanda kehidupan. 

Esoknya suami menjelaskan bahwasannya tanaman pisang akan bertahan hidup selagi belum menghasilkan buah. Saya mencoba mencermati akan hal ini. Apa yang dikatakannya benar juga. Karena tanaman pisang memiliki pangkal batang yang menyerupai umbi dan bisa tumbuh menjadi tunas baru. 

Berdasarkan ulasan di atas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa filosofi tanaman pisang adalah pantang mati sebelum mengahasilkan buah. Sebut saja buah adalah salah satu prioritas utama dari tanaman pisang itu sendiri. Sehingga tanaman pisang masih tetap bertahan hidup selama belum menghasilkan buah. Tetapi setelah menghasilkan buah, tanaman pisang tersebut akan mati. Lalu apa yang menjadi keteladan bagi kita? Menurut saya, jika hidup ini diibaratkan seperti pohon pisang yaitu pantang mati sebelum mengahasilkan buah. Dan kita sudah tahu buah tersebut memberikan kebermanfaatan bagi makhluk hidup lain, yaitu manusia. Tentunya jika kita mencermati bahwa hidup ini harus bermanfaat bagi yang lain. 

Zaman modern ini semakin kompleks permasalahan yang ditimbulkannya. Berbagai strategi hidup terus digalakkan oleh mayoritas orang. Mulai dari berlomba-lomba dalam meningkatkan kompetensinya, hidup hemat, mencari keuntungan yang besar dari usaha yang digelutinya, dan lain sebagainya. Dimana strategi tersebut bermuara pada kelangsungan hidup di dunia. Dan kita tahu seberapa besar tantangan hidup ini yang semakin sulit. Tentunya, strategi tersebut tidaklah salah selama tidak merugikan orang lain. Walaupun demi mempertahankan kelangsungan hidup, sebagian orang harus memilih jalan pintas yang berakibat merugikan orang lain.

Bertolak dari berbagai upaya kita untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan di dunia, sejenak kita mencoba meluangkan waktu untuk kemaslahatan orang lain. Karena hidup ini tak hanya cukup untuk urusan dunia, tetapi juga ada dimensi lain yaitu akhirat. Filosofi pohon pisang ini dapat menjadi penengah atau filter diri dalam menapaki jalan hidup ini di dunia. Disamping kita memperjuangkan kelangsungan hidup ini secara pribadi, disisi lain kita perlu meluangkan tenaga atau pikiran ini untuk kemaslahatan orang lain.  Bisa berupa harta, tenaga, maupun ilmu.    

Semoga kita bisa seperti pohon pisang, yaitu mati dalam keadaan sudah menghasilkan suatu kebaikan untuk kemaslahatan orang lain. Bisa berupa ilmu yang sudah sudah kita kaji bertahun-tahun dan dibukukan atau diimplementasikan pada suatu lembaga yang dapat memberikan sumbangsih perkembangan keilmuan maupun solusi dari suatu permasalahan. Atau berupa harta, yang mana sebagian dari harta yang sudah dimiliki digunakan untuk kemsalahatan umat. Seperti pembangunan masjid, mushola, atau menjadi donatur tetap di sebuah yayasan. Sehingga hidup ini akan lebih berkah dan lebih bermakna. 

Hidup ini hanya berlaku sekali. Seperti pohon pisang atau tanaman lainnya. Yang mana hanya diberikan waktu sekali dalam menyelami bahtera kehidupan di dunia ini. Tetapi pohon pisang memperjuangkan hidup yang hanya sekali ini dengan sebaik-baiknya. Yaitu diakhir hidupnya, pohon tersebut mengasilkan buah yang dapat dinikmati oleh manusia dan akhirnya mati. Hal ini sangatlah berbeda dengan pohon-pohon yang lain. Dimana tanaman lain ada yang menghasilkan buah berkali-kali, bahkan ada yang belum menghasilkan buah tetapi sudah mati. Tentunya, filosofi pohon pisang ini sangatlah menarik untuk dijadikan teladan bagi kita.    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung