Hidup Adalah Tentang Rasa

                 Hidup Adalah Tentang Rasa
                        Oleh: Siti Rodi’ah

Tak terasa usia ini sudah mencapai 29 tahun. Banyak liku-liku kehidupan yang sudah aku jalani. Liku-liku ini mengantarkanku pada pencapaian hidupku saat ini. Bahwasannya kehidupan saat ini adalah hasil dari akumulasi kehidupan di masa lalu. Dimana masa lalu menentukan kehidupan sekarang. Masa lalu adalah bagian dari kehidupanku sekarang dan takkan pernah terpisahkan oleh waktu yang sudah berjalan ini. Sedangkan liku-liku kehidupan merupakan rentetan peristiwa yang sudah aku lalui. Dan telah menjadi masa lalu bagi hidupku yang menjadikan pelajaran maupun filter untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. 

Berbagai tantangan kehidupan sudah aku lewati setapak demi setapak. Hingga pada akhirnya aku menemukan makna dari kehidupan. Sesungguhnya hidup itu adalah tentang rasa. Dimana kita selalu dihadapkan oleh sebuah kenyataan dan kita menanggapinya dengan suatu ekspresi jiwa yaitu rasa. Rasa inilah yang membawa kita pada suatu kenyamanan hidup, ketentraman jiwa atau kegelisahan, tekanan hidup bahkan kesengsaraan hidup. Kenyataan hidup atau apa yang terjadi saat ini membangkitkan “rasa” pada diri kita. Rasa inilah yang menjadikan kita tersenyum, menangis,  takut, dan tenang. 

Perilaku manusia membawa pada suatu pencapaian hidup. Manusia berusaha untuk menggapai kesuksesan hidup. Kesuksesan inilah yang mengantarkan pada suatu kenyamanan hidup. Dapat dikatakan sukses jika mereka memiliki suatu pekerjaan yang baik atau memiliki keluarga yang harmonis atau memiliki beberapa aset berupa tanah maupun bangunan. Tentunya kesuksesan itu tidak mudah didapatkan begitu saja. Mereka harus berusaha untuk menggapainya. Walaupun manusia sudah memiliki takdir yang telah digariskan oleh Allah swt, tetapi melalui usaha keras yang diiringi oleh doa, maka tak dapat dielakkan lagi bahwa apa yang dicitakan akan terwujud. Jadi sukses adalah miliknya semua orang yang mau berusaha dan berdoa.

Setelah seseorang mendapatkan apa yang diangankan sebelumnya, maka timbullah rasa. Dimana rasa tersebut diekspresikan dengan sebuah senyuman maupun hal yang tak nampak sekalipun yaitu kententraman atau kedamaian. Bahkan jika seseorang mengalami hal yang tak diinginkan, maka akan timbul rasa juga yaitu ketidakbahagiaan. Dimana ekspresi tidak bahagia ini dimunculkan oleh ekspresi marah, cemas, frustasi atau takut. Jika kehidupan ini dibatasi oleh dua skema yaitu bahagia dan tidak bahagia, maka hidup ini adalah “tentang rasa”.Segala sesuatu yang kita lakukan bermuara pada “rasa”. 

Hidup ini dinamis dan tidak statis. Tentunya hidup ini diwarnai dengan penuh misteri. Antara takdir yang telah dikehendaki oleh Sang Pencipta, dengan segudang harapan yang ingin kita capai. Antara rencana dan kenyataan yang saling beradu kemenangan. Namun pada akhirnya kita telah memuaskan “rasa” atau menggugurkan “rasa”.

Berbagai “rasa” telah menyelimuti kehidupan kita. Sering kali kita dihadapkan suatu kenyamanan hidup. Baik berupa kesehatan, kecukupan rizqi, maupun keluarga yang harmonis. Hal ini menimbulkan “rasa” nyaman, tentram, dan damai pada kehidupan kita. Namun, hidup ini tak semulus jalan tol. Tak jarang kita dihadapkan suatu kesulitan. Baik berupa urusan pekerjaan, rumah tangga, ataupun kesehatan. Dimana keadaan ini menimbulkan “rasa” ketidaknyamanan, kegelisahan, tertekan, dan kebingungan. 
Berbagai “rasa” hadir di kehidupan kita dengan silih berganti. Yaitu sesuai peristiwa yang terjadi dan dialami oleh kita. 
Dalam memberdayakan “rasa”, kita perlu untuk bersikap qona’ah. Agar beban hidup ini tak terlalu berat dirasakan. Seringkali kita merasa serba kekurangan. Padahal banyak diluar sana yang kehidupannya jauh lebih buruk dari keadaan kita. Sikap qona’ah inilah yang bisa menjadi filter bagi kita untuk tetap bersyukur dalam himpitan kekuarangan atau kecukupan.  
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung