"Meningkatkan Motivasi Diri Pasca Sakit"


          Terhitung tiga minggu yang lalu aku telah memeriksakan diriku ke salah satu dokter spesialis bedah di Tulungagung. Ada benjolan di payudara sebelah kiri. Tak dapat diungkapkan dengan kata-kata pasca aku mengetahuinya. Memang sebelumnya aku tak merasakan hal yang aneh di bagian payudaraku. Mungkin aku yang kurang memperhatikan kemunculan benjolan itu sejak dini. Tak menimbulkan rasa sakit sebelumnya. Tetapi,disaat benjolan itu membesar, aku mulai merasa nyeri di bagian payudara sebelah kiri. Dan akhirnya aku memeriksa dengan tanganku. Sontak hati ini menangis, dan bingung harus bagaiamana mengatakan hal ini kepada keluarga. Bibir ini berat untuk mengutarakan sakitku kepada Ibu. Karena aku tahu bagaimana tipe Ibuku. Ya, aku serumah dengan kedua orang tuaku. Sedangkan suami bekerja di luar kota. Sehingga mau tak mau aku harus mengatakan hal ini kepada Ibuku. 
         Akhirnya hati ini mulai memberanikan diri untuk mengatakannya. Aku sudah siap dengan apa yang terjadi setelah isi hati ini kuungkapkan kepada Ibu. Tentu sesaat ekspresi yang ditunjukkan oleh Ibuku adalah sedih. Dan kulihat air mata mulai berjatuhan dikedua kelopak matanya. Aku harus tegar akan keadaan ini.
          Sungguh tak terbayangkan aku mendapatkan musibah seperti ini. Padahal kemarin, baru saja aku dan keluarga merayakan syukuran akan keberhasilan adikku mendapatkan pekerjaan yang bagus, serta suami telah lulus akan promosi jabatanny. Selain itu, aku sedang melakukan project pembuatan jurnal. Sudah kukumpulkan jurnal-jurnal internasional. Tinggal mempelajarinya saja, dan mulai menyusun jurnal. Mendeley pun sudah aku persiapkan di lapotopku. Sungguh manusia hanya bisa berencana. Dan hal ini seperti mimpi saja. 
            Tepatnya hari Jum’at aku pergi ke Klinik untuk memeriksakan benjolan ini. Setelah sholat maghrib, aku pergi ke Klinik Integral seorang diri. Walaupun Bapak sudah menawarkan diri untuk mengantarkan, tetapi aku menolaknya. Alasannya, aku tak ingin membuat Bapak sedih jika dokter menyatakan hal yang kurang baik. Akhirnya, aku berangkat sendiri ke Klinik. Aku mendaftarkan diri ke dokter spesialis bedah. Aku mendaptkan nomor antrian. Sambil menunggu dokter dating dan namaku dipanggil, handphone ini tak lepas dari tanganku. Memang keberadaannya memberikan sajian hiburan pada diri ini yang sedang gundah. Tetapi pikiran ini bercabang-cabang, serta jantung ini berdetak dengan kencangnya. Tak bisa aku stop kecemasan ini. Ini adalah refleks. Aku tak bisa menolaknya. 
          Akhirnya namaku dipanggil juga. Aku pun menerangkan kepada dokter bahwa ada benjolan di payudara sebelah kiri. Kemudian aku diperiksa oleh dokter. Setelah selesai memeriksaku, dokter tersebut menerangkan bahwa benjolan tersebut berjenis tumor dan harus diangkat. Untuk usia 29 tahun keatas, ada dua macam tumor yaitu tumor jinak atau tumor ganas. Jika tumor tersebut jinak, maka aman saja. Tetapi jika tumor tersebut ganas, maka payudara juga harus diangkat juga. Dokter tersebut memberikan nasihat kepadaku agar diriku tabah dan banyak berdoa. Harapannya adalah benjolan tersebut merupakan jenis tumor jinak. Tetapi secara karakteristknya, dokter tersebut memberikan hipotesis awal bahwa benjolan tersebut adalah tumor jinak. 
          Setelah keluar ruangan, seakan mata ini ingin menangis dan mulut ini ingin berteriak saja. Tetapi aku sadar bahwa ini adalah takdir Allah kepadaku. Aku harus kuat dan tabah mengahadapinya. Sambil menunggu antrian pembayaran, aku duduk tempat yang telah disediakan. Air mata ini tak bisa aku tahan, tetesan demi tetesan mengalir dari keua kelopak mataku. Untungnya aku menggunakan masker dan berkerudung, jadi tak terlalu kelihatan di depan orang lain.                    Setelah selesai pembayaran, aku langsung menuju ke tempat parkiran dan menaiki sepeda motor untuk pulang ke rumah. Di jalan tak ada orang yang memperhatikan. Sedangkan saat itu, aku menggunakan helm. Saat itulah momen yang tepat untuk melampiaskan kesedihanku. Air mata ini bercucuran membasahi masker dan kerudungku. Sesampai di depan rumah, aku mencoba mengusap tetesan air mata dan mencoba tegar dalam memberikan keterangan kepada kedua orang tuaku. Tetapi mereka lebih peka dengan apa yang telah aku sembunyikan. Mereka memberikan motivasi kepadaku untuk tegar dalam menajalaninya.
Walaupun aku telah mendapatkan support dari keluarga, tetapi diriku masih canggung untuk melakukan berbagai aktivitas. Seperti masak, makan, bahkan menulis atau membaca. Project yang ingin aku susun, ku biarkan berdiam diri di dalam flashdisk. Rasanya aku tak ingin melakukan aktivitas apapun. Mencoba relaksasi dengan berjalan kaki di pagi hari. 
          Akhirnya, tibalah waktu dimana benjolan ini akan diangkat. Aku memilih menjalani oprasi di Graha. Karena tempatnya lebih nyaman bila di rumah sakit umum. Karena saat itu yang aku butuhkan adalah kenyamanan, agar hati ini bisa tertata dan siap untuk menjalani serangkaian oprasi. Support dari suami, keluarga dan kolega terus mengiringi hari-hariku yang sedang menunggu tindakan oprasi. Alkhamdulillah oprasi berjalan dengan lancar. Tetapi pikiranku masih bercabang-cabang. Semoga hasil observasi benjolan itu mengatakan baik. Selang tiga hari aku berada di rumah sakit dan akhirnya diriku diperbolehkan untuk pulang. 
Walaupun benjolan ini sudah diangkat tetapi pikiranku masih tertuju pada hasil laboraturium terkait jenis benjolanku. Setiap aku kontrol ke rumah sakit, rasanya jantung berdebar-debar saja. Seperti akan menjalani sidang tesis. Entah perasaan ini tak dapat aku tolak. Apalagi ketika mengambil hasil laboraturium, hmm….terbayang bukan bagaimana rasanya. Sungguh memberikan sensasi yang luar biasa dalam kehidupanku.             Alkhmdulillah hasil laboraturium memberikan kesimpulan yang baik. Benjolan tersebut tidak menandakan akan keganasan. Alkhamdulillah aman…… Esoknya aku konsultasikan kepada dokter yang menanganiku selama pengobatan dan tindakan oprasi. Beliau mengatakan bahwa benjolan tersebut bukan jenis penyakit ganas seperti kanker, tetapi masih dalam kategori aman. Sejak saat itu pikiran ini sudah mulai tertata lagi. Dan aku bersyukur kepada Allah akan scenario kehidupan yang telah direncanakan-Nya ini. Sungguh sangat indah sekali. Apa yang kita miliki saat ini bukanlah hak kita sepenuhnya. Ini hanyalah titipan dari Allah. Kapanpun Allah ingin mengambil, kita tak bisa menolak-Nya. Harta, keluarga, anak, suami, anggota tubuh hanyalah titipan dari Allah. Kita hanya bisa menikmati sesaat dan memberdayakannya sesuai keridhoan-Nya. 
              Pasca sakit ini, aku masih merasa khawatir dengan kesehatanku. Dimana saat ini pikiranku hanya tertuju pada bagaimana aku bisa sehat terus. Tentu ini menguras banyak energi dan waktu. Banyak waktu luang yang aku gunakan hanya sekedar santai. Bahkan aku sendiri merasa takut sendiri jika aku terlalu “ngoyo”. Sakit ini memberikan dilema tersendiri terhadapku. Akan tetapi tak selamanya aku harus seperti ini. Ada banyak progress yang telah aku rancang sebelumnya. Tak mungkin juga aku meleburkan progress itu untuk selamanya.                  Setiap sholat, doa selalu kupanjatkan kepada Allah. Agar aku diberikan ketengan jiwa dan kesehatan. Seiring dengan bergantinya hari, rasa khawatir ini lambat laun mulai mereda. 
Aku mencoba menstimulasi diri dengan membaca buku walaupun hanya satu lembar. Atau menulis walaupun hanya satu paragraph. Dan berbagai aktivitas lain yang bermanfaat. Yang terpenting adalah bagaimana aku bisa menjadikan hari-hariku ke arah yang produktif. Karena Allah masih memberikanku kesehatan, umur dan akal untuk berpikir.  Tentunya aku masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk menjadi insan yang lebih baik lagi. 

Komentar

  1. Semoga sehat selalu. Dan tidak ada keluhan berlanjut

    BalasHapus
  2. Semoga senantiasa Allah limpahkan nikmat, salah satunya berupa nikmat sehat & dapat berkumpul dengan anggota keluarga.
    Amiin.

    BalasHapus
  3. Ya Allah 😢mbak sit. Semoga lekas sembuh 🙏🙏

    BalasHapus
  4. Amiin, terimakasih doanya untuk semuanya🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

7 Hari di Tulungagung