"Catatan Harian Sore"

         Sore ini udara di daerahku lumayan dingin. Aku menyegerakan memandikan anakku. Walaupun dia masih tak berkenan untuk kuajak mandi. Hmm...anak kecil. Kalau sudah asyik bermain, pasti lupa segalanya. Dengan nada pelan dan penggunaan kalimat ajakan yang humanis, akhirnya dia berkenan untuk mandi. Tentu air hangat adalah alternatif yang bagus untuk menemani dia mandi. Dia sudah tak mau aku mandikan, ups...katanya sudah besar, "malu". Aku hanya menyiapkan segala keperluannya. Usianya sudah mencapai lima setengah tahun. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat.
          Setelah dia selesai mandi, akupun bergegas untuk membersihkan diri dan sholat. Ibuku menyuruhku untuk menemaninya ke pasar senggol. Ya, "pasar senggol", nama yang unik bukan? Dengan perlengkapan protokol kesehatan, aku mengantarkan ibuku menggunakan montor. Sepanjang perjalanan 500 meter ke arah timur, ada empat warung makanan. Diantaranya warung bakso, dua warung nasi goreng, dan warung kopi. Lalu aku belok ke selatan 50 meter, ku temukan lagi dua warung makanan yaitu jus dan sosis, serta cilok. Kemudian kulanjutkan arah ke timur 200 meter, kutemukan warung kentaki dan nasi goreng. Akhirnya sampai juga di tempat tujuan.
          Di sana, banyak orang yang berjualan makanan. Tak heran jika kita akan disuguhkan berbagai pilihan makanan. Bahkan kita akan menemukan beberapa pilihan makanan dalam satu jenis makanan. Misalnya saja soto, terdapat lebih dari dua orang yang menjual soto di sana. Kita bisa memilih soto yang cocok di lidah kita. Tapi sore itu, aku dan ibu tidak membeli soto, yang kami beli adalah ubi goreng. 
         Hanya ada satu penjual ubi goreng. Tentunya sudah terbayang omsetnya. Saat aku antri, terdapat 6 orang berkerumun di sekeliling gerobak penjual ubi goreng. Bahkan aku lihat, pembelinya juga cukup banyak. Sampai penjualnya tak henti untuk menggoreng ubi. Memang rasanya berbeda dengan ubi goreng yang aku temui. Teksturnya yang empuk dan dipadukan dengan rasa manis dan asin, membuat lidah ini tak henti untuk memakannya.
          Akupun merenung, betapa saat ini kita sudah dihadapkan pada suatu persaingan. Persaingan ekonomi yang begitu ketat. Padahal rumahku masih berada di kawasan desa. Tentunya hal ini menjadi bumerang bagi kita untuk mengaktualkan diri pada pengembangan inovasi. Karena sejatinya inovasi berasal dari kemauan diri kita untuk mencoba mencari hal baru dan di kemas secara bagus. Sehingga menjadi pembeda bagi yang lain. 
          Pendidikan adalah media bagi generasi penerus bangsa dalam mengembangkan keterampilan mencipta, berpikir kritis dan kreatif. Melalui desain pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Sehingga kelak akan memberikan kontribusi bagi negeri ini. Yaitu menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. 
          Aku yakin sepuluh tahun lagi, tantangan hidup ini semakin ketat. Akan ada eliminasi bagi mereka yang tak mampu mengoperasikan sistem kehidupan. Semoga kita selalu menjadi pembelajar yang aktif. Sehingga kompetensi ini akan berkembang. Dan inovasipun akan muncul, seiring berkembangnya pengetahuan dan pola pikir kia.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

Belajar Matematika: Melalui Praktek dan Implementasi