Strategi Pembelajaran Dalam Mengembangkan Keterampilan Mencipta Terhadap Peserta Didik

             Dunia pendidikan selalu diwarnai dengan problem. Mulai dari kompetensi guru, sarana dan prasarana di Lembaga, kesiapan siswa dalam menghadapi kurikulum baru, ketidak sesuaian bahan ajar dengan tuntutan kurikulum, dan lain sebagainya. Dimana akar dari problem tersebut berasal dari transmisi antara kurikulum lama dengan kurikulum baru. Seakan dengan pergantian kurikulum ini, semua lini yang berkecimpung di dunia pendidikan, ikut merasakan ketidaknyamanan dalam menjalani iklim yang baru. Sebut saja guru dan peserta didik. Mereka adalah objek dari implementasi suatu kurikulum. Sedangkan pelaku pendidikan lainnya, seperti TU, kepala sekolah, penjaga perpus, mungkin tekanan kognitifnya tidak terlalu berat. Akan tetapi semua ini harus dijalani. Walaupun memang dirasa berat untuk dijalani. Karena dalam memori kita, belum ada informasi tentang implementasi kurikulum baru. Tentunya beban kognitif ini sangatlah tinggi dalam mempelajari sesuatu yang baru.
           Sebut saja pergantian KTSP ke K-13, tentunya kita sering mendengar atau melihat secara langsung tentang problematika kurikulum baru ini. Baiklah sejenak kita lupakan masa lalu itu. Saat ini kita sudah memasuki tahun 2020. Dimana kurikulum 2013 sudah berjalan 5 tahun lebih. Walaupun dalam implementasinya, sering terjadi revisi. Dan guru sering direpotkan dengan pembaharuan sistem. Hal ini juga berdampak pada etos pengajaran di kelas. Karena mereka disibukkan dengan berbagai bentuk kewajiban yang bersifat administratif.
          Sayangnya, di pertengahan tahun ini saya melihat berbagai artikel bahwa cara pengajaran tetap statis pada metode ceramah. Seakan pembaharuan kurikulum ini masih belum merubah sistem pembelajaran yang dilakukam oleh mayoritas guru. Kurikulum 2013 mengarah pada pembelajaran berbasis saintifik. Dimana dalam proses pembelajaran, siswa diarahkan untuk aktiv dalam mengamati, menanya, eksperimen, mengasosiasi, dan memgkomunikasikan. Sedangkan tujuan dari kurikulum 2013 adalah mengembangkan keterampilan menalar, mengkomunikasikan, dan mencipta. Coba kita merenung sejenak, jika sistem pembelajaran tetap statis pada ceramah, maka tidaklah mungkin anak didik kita dapat mengembangkan keterampilan tersebut. Walaupun bahan ajar sudah didesaian sesuai dengan kurikulum 2013.
          Saya mencoba mengambil penelitian berbasis proyek. Yaitu saya kemas menjadi produk LKS. Dimana saya mengambil pelajaran matematika untuk dijadikan pengembangan produk LKS. Sebelumnya, saya pernah berdiskusi dengan sejumlah kawan-kawan di kampus. Saat itu sedang mendiskusikan K-13. Memang, dijumpai kendala dalam menstimulasi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan mencipta. Apalagi matematika yang termasuk pelajaran sulit dan terpaku pada definis, konsep dan aturan algoritma. Memang jika kita berpikir dari sisi ketidakmungkinan, tentunya ya ...tidak akan mungkin terjadi. Saya mencoba untuk keluar dari zona itu. Ada lagi yang mengatakan bahwa pendekatan saintifik mencetak siswa untuk menjadi seorang ilmuan. Saya tahu, tidak semua anak akan menjadi ilmuan. Tetapi, kita perlu tahu beberapa metode yang berorientasi pada K-13. Yaitu bersandar pada paham konstruktivisme. Dimana siswa dijadikan sebagai objek pembelajar yang aktiv dalam menggali pengetahuan secara mandiri.
          Pembelajaran berbasis proyek adalah salah satu acuan pembelajaran yang memberikan peluang guru untuk memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkam keterampilan mencipta. Sebut saja pelajaran matematika yang saya jadikan contoh dalam mengajarkan ke pada siswa dengan menggunakan proyek sebagai metode pembelajaran. Proyek yang dikemas dalam bentuk tugas berupa langkah-langkah sintaks yang harus dilakukan oleh siswa. Sehingga siswa belajar sesuai dengan langkah-langkah yang telah didesain oleh guru. Yaitu berupa lembaran aktivitas siswa. 
          Dalam implementasinya, tugas guru adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam mengembangkan ide matematika. Ketika saya mendapatkan hasil data dari penelitian, saya menjumpai bahwa anak-anak menuliskan berbagai temuan dan kesimpulan dari hasil eksperimen yang telah dilakukan. Setiap siswa menjawab sesuai dengan idenya sendiri. Walaupun mereka bisa menggunakan informasi di google untuk menjawab pertanyaan tersebut, tapi tampak mereka berusaha secara mandiri dan dengan pemahaman sendiri. Jawaban mereka beragam. Ada yang mengarah pada kebenaran dan ada yang mengarah pada kesalahan atau bisa disebut sebagai miskonsepsi. Tetapi ini tidaklah buruk, bahkan hal ini mengarahkan siswa untuk menggali potensinya.
          Akhirnya lambat laun siswa akan terbiasa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri. Walaupun jawaban yang ditampilkan mengarah pada sesuatu yang kurang tepat, tetapi mereka telah mengarah pada pengembangan keterampilan mencipta. Ini adalah contoh pelajaran yang kelihatan untuk mustahil diimplementasikan sesuai K-13. Tetapi setelah dicoba, dapat diimplementasikan. Kita sebagai pendidik, harus terus berinovasi dalam mendesain pembelajaran. Agar tujuan dari kurikulum tercapai. Stimulus yang efektif bukan hanya pada sebuah media, ataupun bahan ajar, tetapi metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Keterampilan mencipta sangatlah penting dimiliki oleh siswa. Karena tantangan kehidupan ini semakin besar. Tentunya proses pendidikan harus merujuk pada pengembangan keterampilan siswa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Pembelajaran Daring Berbantuan LKS Berbasis Tugas Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis"

Kolaborasi dengan Suami Saat Weekend

Belajar Matematika: Melalui Praktek dan Implementasi