"Pengaruh Down Time Terhadap Efektifitas Pembelajaran"
Sejak saya mengetahui istilah down time , rasanya hati ini ingin menorehkan ide berupa rangkaian tulisan. Melalui tulisan ini, segala unek-unek yang terpendam dalam pikiranku. Dapat saya ungkapkan dari kalimat per kalimat, sehingga membentuk rangkaian kalimat yang menyatu menjadi sebuah paragraf. Banyak kendala yang menghadang pada proses aktivitas menulisku ini, apalagi jika dikeluhkan dengan anak yang sedang sakit. Hmm…terbayang bukan rasanya menjadi seorang ibu seperti apa. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hal ini yang menjadikan segala aktivitas saya menjadi off, dan mengharuskan diri ini untuk fokus pada satu tujuan yaitu kesembuhan anak.
Istilah down time, saya peroleh dari suami yang telah membicarakan tentang pekerjaannya di pabrik. Ada beberapa istilah produksi yang dapat saya adopsi untuk mengembangkan ide penulisan ini. Bidang yang kami kaji memanglah berbeda, yakni suami menggeluti dunia produksi sedangkan saya berkecimpung di dunia pendidikan. Jika dilihat secara kasat mata, dunia kami sangatlah berbeda. Tetapi, perbedaan ini memberikan warna tersendiri terhadap pengembangan wawasan kami terhadap pengetahuan yang baru. Memang tidak selamanya perbadaan ini bersifat baik, adakalanya perbedaan ini menimbulkan suatu permasalahan. Tetapi permasalahan bisa diselesaikan dengan cara yang bijak.
Down time adalah jumlah waktu dimana segala elemen yang berkaitan dengan sistem produksi, tidak dapat beroperasi. Hal ini disebabkan adanya suatu kegagalan, namun pabrik masih dapat beroperasi, karena masih adanya elemen lain yang bisa menggantikan fungsi tersebut sehingga proses produksi masih bisa berjalan. Dengan demikian down time merupakan jumlah waktu yang terbuang secara sia-sia atau dapat dikatakan sebagai waktu yang tidak produktif. Semakin banyak down time maka tingkat efisiensi produk yang diharapkan akan semakin rendah. Walaupun kegiatan produksi tetap berjalan. Memang tidak dapat dipungkiri, sistem produksi memiliki hubungan yang erat dengan produktivitas dari sebuah waktu. Harapannya adalah waktu yang dipergunakan dalam aktivitas produksi memanglah harus produktif. Jika ada hal yang mengganggu aktivitas produksi, maka diadakan suatu analisa yang berujung pada perubahan sistem yang lebih baik.
Beberapa permasalahan yang berdampak pada down time antara lain adanya ganngguan fungsi kerja mesin, para pekerja yang melakukan aktivitas di luar produksi, kurangnya kesadaran para pekerja untuk mematuhi prosedur operasional mesin, adanya kecelakaan kerja, karaktersistik material yang berbeda dari sebelumnya dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan kegiatan produksi menjadi terganggu, walaupun belum sampai ke ranah penghentian kegiatan produksi. Tetapi menimbulkan suatu masalah dalam sistem produksi yang dirasakan secara langsung. Sehingga hasil analisa memberikan umpan balik terhadap penyempurnaan atau perubahan suatu aturan ataupun sistem yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Dimana penyempurnaan atau perubahan ini akan berdampak pada ranah untuk meminimalisir dari down time itu sendiri. Yang pada akhirnya berpengaruh terhadap efisiensi suatu produk yang diharapkan. Memang, sistem produksi bermuara pada ranah output yang diharapkan.
Berdasarkan cuplikan di atas, menurut saya bahwa istilah down time dapat diadopsi terhadap dunia pendidikan. Kita sudah mengenal istilah encoding yang digunakan dalam psikologi kognitif yaitu proses penyandian dari informasi yang telah diperoleh. Istilah tersebut bukan berasal dari bidang pendidikan tetapi dari bidang lain yaitu komputer atau dapat dikatakan ssebagai teknologi informasi. Selain itu istilah scaffolding pada bidang bangunan juga dapat diadopsi sebagai pengembangan dunia pendidikan. Sekiranya bidang produksi juga dapat dijadikan pula sebagai pengembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah berkaitan dengan down time.
Banyak masalah dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kepada siswa. Salah satunya adalah ketidaksesuaian tujuan pembelajaran dengan output dari siswa. Ada banyak faktor yang menyebabkan kegagalan dari proses pembelajaran. Segala faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran, guru dapat meninjau dari RPP yang telah dibuat sebelumnya. Di dalam RPP, guru merancang proses pembelajaran yang akan dipraktekkan dikemudian hari. Yaitu didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dimana tujuan pembelajaran tersebut mengacu pada kompetensi yang diharapkan oleh pemerintah. Tentu dalam merancang RPP, guru menentukan alokasi waktu yang telah ditentutkan dengan meninjau jumlah jam pelajaran. Tahap demi tahap dirancang secara sistematis dengan meninjau alokasi waktu dengan batas maksimim yang akan digunakan sebagai patokan dalam pembelajaran. Selain itu, di dalam RPP tertera metode, sumber belajar, media pembelajaran yang akan digunakan oleh guru pada kegiatan pembelajaran. Elemen-elemen yang digunakan dalam mendukung kegiatan pembelajaran berdasarkan kesesuaian karakteristik peserta didik dan materi yang akan diajarkan. Sehingga kegiatan pembelajaran terikat dengan waktu, tindakan, dan karakteristik dari siswa maupun materi.
Penggunaan waktu yang produktif dalam pembelajaran sangat penting untuk dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Muara dari segala tindakan yang dilakukan yaitu output siswa. Sehingga dalam proses pembentukan kompetensi siswa yang diharapkan, tentunya guru memperhatikan step by step tindakan yang telah dilakukan. Kegiatan pembelajaran tidaklah semulus yang kita bayangkan. Seringkali tidak ada kesesuaian antara apa yang dirancang dengan kenyataan di lapangan. Tanpa disadari adanya down time dalam kegiatan pembelajaran. Yaitu banyaknya waktu yang terbuang secara sia-sia atau dapat dikatakan sebagai waktu yang tidak produktif. Banyak sekali elemen yang menyebabkan down time dalam kegiatan pembelajaran. Misalkan cara guru menerangkan materi yang kurang bermakna terhadap siswa. Hal ini menyebabkan siswa tidak paham dengan apa yang diterangkan oleh guru. Ini terjadi karena metode yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan siswa. Tanpa disadari guru telah menghabiskan banyak waktu dengan aktivitas yang tidak produktif, walaupun kegiatan pembelajaran tetap berlangsung. Selain itu, bannyaknya aktivitas yang dilakukan oleh siswa di luar kegiatan pembelajaran. Seperti bercanda dengan teman sebangkunya, ada siswa yang usil dengan teman sebayanya, adanya siswa yang tidak senang dengan materi pembelajaran dan lain sebagainya. Selain itu, pemilihan media pembelajaran yang kurang tepar dapat menimbulkan down time dalam kegiatan pembelajaran. Atau dapat dikatakan bahwa fungsi media pembelajaran sebagai perantara dalam menafsirakan kebermaknaan suatu materi, teralihkan sebagai fungsi hiburan bagi peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru harus meninjau kendala-kendala yang mungkin terjadi. Kegiatan pembelajaran sangatlah kompleks yaitu tidak hanya fokus pada satu atau dua aspek, tetapi bannyak aspek yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi kurang produktif. Tetapi, adakalanya guru meminimalisir jumlah waktu yang digunakan secara tidak produktif. Semakin banyak waktu yang dihabiskan secara sia-sia, maka presentase ketercapaian hasil belajar siswa dalam satu kelas sangatlah rendah. Karena waktu dan tindakan adalah komponen yang integral. Sehingga guru perlu memperhatikan berbagai bentuk tindakan yang telah dilakukan pada proses kegiatan pembelajaran. RPP yang telah dibuat dan telah dilaksanakan, dapat dijadikan sebagai data analisa down time dalam pembelajaran yaitu hal-hal yang menimbulkan ketidakefektifan pada kegiatan pembelajaran.
Data hasil analisa tidaklah serumit data penelitian, tetapi berupa catatan-catatan kecil yang ditulis oleh guru. Catatan-catatan itu berupa kendala-kendala guru dalam proses mengajar. Yaitu ditinjau dari metode yang digunakan, tingkat kesulitan materi yang diajarkan, respon siswa dalam proses pembelajaran, daya pendukung dalam kegiatan pembelajaran, dan lain sebagainya. Dimana guru dapat mencatatnya pada lembaran kertas, yaitu dalam bentuk narasi. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan suatu perbaikan yang mengarah pada perubahan yang lebih baik. Memang tugas guru sangatlah berat. Tetapi guru memiliki teman yang seprofesi, sehingga guru dapat sharing terkait problematikanya di kelas. Selain itu, di zaman big data ini banyak informasi yang dapat kita dapatkan, tak terkecuali inovasi pendidikan. Dimana banyak kumpulan artike, jurnal, atau buku-buku yang dapat kita download dan diambil manfaatnya untuk perbaikan pembelajaran.
Down time pada proses pembelajaran ini tidaklah dianggap suatu hal yang sepele. Karena subjek dari dari proses pembelajaran adalah peserta didik. Dimana peserta didik adalah generasi penerus bangsa. Untuk mewujudkan negeri yang maju, maka generasinya juga harus memiliki kompetensi yang baik. Yaitu diperoleh melalui kegiatan pendidikan yang salah satunya adalah proses kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Semakin banyak waktu yang terbuang secara sia-sia, maka semakin sedikit pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa. Sehingga guru harus memperhatikan alokasi waktu, pemberian tindakan, dan output yang ditampilkan oleh siswa. Semakin guru berusaha melakukan perbaikan-perbaikan, maka proses pemelajaran akan mengarah pada kebermaknaan. Artinya siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dari proses pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa. Hal ini berdampak pada peningkatan kompetensi peserta didik dalam menyongsong masa depan yang cerah.
Wah banyak belajar dari tulisan Ibu
BalasHapusTerimaksih mbk Eka, saya pun juga demikian. Tulisan smpyn sangat renyah untuk dibaca.
BalasHapus