Pembelajaran matematika berbasis proyek untuk meningkatkan aktifitas belajar
Pembelajaran Matematika Berbasis Proyek Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar di Tengah Pandemi Covid-19
Siti Rodi’ah, S.Pd.I
PRIMAGAMA DURENAN
Pandemi covid-19 telah melanda negeri ini. Seakan belum menampakkan ucapan “Selamat Tinggal” dari negeri ini. Padahal pandemi covid-19 telah berlangsung selama empat bulan. Tetapi, setiap hari berita di media selalu menayangkan peningkatan jumlah pasien yang terinfeksi covid-19. Hal ini dimungkinkan akibat berlakunya new normal . Seakan negeri ini telah terbebas dari covid-19. Bisa dilihat dengan adanya lokasi-lokasi yang mulai dipenuhi oleh lautan manusia. Aturan physical distancing mulai ditinggalkan. Walaupun banyak diantara mereka yang menggunakan masker dengan berbagai tujuan. Masa transisi inilah yang harus diwaspadai oleh masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga diri dari penularan covid-19. Tentunya aktifitas fisik, aturan physical distancing, dan pendisiplinan diri menjadi kunci untuk menghambat lonjakan kasus terinfeksi covid-19 di negeri ini.
Banyak sektor yang dirugikan dari pandemi covid-19. Salah satunya adalah pada sektor pendidikan. Ya, tanpa disadari dunia pendidikan mulai menunjukkan goncangan. Karena proses pembelajaran yang harus dilalui secara daring. Tentunya berbagai permasalahan mulai bermunculan satu persatu. Mulai dari ketidaksiapan guru dalam memanfaatkan IT, selanjutnya ketidaksiapan walimurid dalam memfasilitasi anak-anaknya untuk mengikuti pembelajaran online, serta konsep pembelajaran yang ditawarkan oleh guru di masa covid-19. Hal ini berakibat tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya, menjadi tidak tercapai. Padahal untuk menguasai suatu kompetensi dasar, maka peserta didik harus mencapai tujuan pembelajaran secara baik.
Tulisan ini terinspirasi ketika penulis melakukan suatu penelitian dan pengembangan bahan ajar. Melalui riset awal, bahwasannya dijumpai pembelajaran daring yang dilakukan oleh mayoritas guru belum menunjukkan suatu inovasi dalam memberikan pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan peserta didik. Baik secara psikomotorik, afektif dan kognitif. Mayoritas guru hanya mengirimkan pesan whatsap berupa tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Dimana tugas-tugas tersebut diambil dari LKS, buku paket, ataupun soal-soal latihan yang dikirim oleh guru melalui pesan whatsap. Hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan motivasi belajar siswa. Akibatnya anak menjadi malas untuk belajar. Aktivitas belajar menjadi tergantikan dengan kegiatan yang lebih menarik yaitu bermain, atau melihat televisi.
Salah satu pelajaran yang wajib dipelajari oleh peserta didik adalah mata pelajaran matematika. Dimana mata pelajaran tersebut diajarkan disemua jenjang pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk dikuasai oleh peserta didik di semua jenjang pendidikan. Karena matematika merupakan suatu media untuk mengembangkan keterampilan berpikir (Rezan, 2020;18). Tetapi mayoritas peserta didik tidak senang dengan pelajaran matematika. Karakteristik yang bersifat abstrak, menjadikan pelajaran matematika sulit untuk dipahami siswa (Sutarto, 2018; 4). Keadaan ini perlu dijadikan perhatian oleh semua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar yang aktif, guru sebagai pendidik, kepala sekolah sebagai pemangku kebijakan, serta berbagai elemen yang memiliki kontribusi pada dunia pendidikan.
Saya menjumpai bahwa praktek pembelajaran matematika masih berorientasi pada penyelesaian soal-soal latihan. Menurut beberapa guru yang menjadi objek penelitian saya, bahwa pemberian drill bagi siswa sangat efektif untuk menunjang kemampuan kompetensi dasar. Padahal tujuan pembelajaran matematika adalah membatu siswa dalam memahami hubungan antara matematika dan dunia nyata (Sumeyra, 2019;183). Sedangkan arah kurikulum 2013 adalah mengembangkan keterampilan menalar, mengkomunikasikan, dan mencipta terhadap peserta didik (Yani, 2014; 30). Melalui praktek pembelajaran yang seperti itu, tidaklah cukup untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan berpikir pada peserta didik. Disamping itu, arah pembelajaran tersebut hanya berorientasi pada penghafalan bentuk algoritma penyelesaian. Dimana siswa harus menghafal rumus dan definisi terlebih dahulu. Serta melihat contoh penyelesaian soal matematika berupa alur dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Melalui modal rumus dan berbagai contoh penyelesaian matematika yang telah dihafal, siswa dapat menyelesaikan soal-soal tersebut dengan mudah. Tentunya hal ini sangat berseberangan dengan tujuan pembelajaran matematika dan orientasi kurikulum 2013.
Pembelajaran di masa pandemi covid-19 mengarah pada pembelajaran daring, termasuk pelajaran matematika. Konsep pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru adalah serupa dengan mata pelajaran yang lain yaitu penugasan kepada siswa melalui via whatsap. Berupa pengkajian materi secara mandiri, serta soal-soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Rutinitas kegiatan belajar siswa hanya diisi oleh kegiatan membaca dan mengerjakan soal. Yaitu lebih berorientasi pada aspek kognitif. Karena terbatas akan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Selain itu, guru belum menunjukkan inovasi pembelajaran. Seperti yang kita ketahui dalam kenyataan di lapangan atau berbagai artikel , bahwa guru menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran matematika. Mungkin metode tersebut dirasa sangat efektif dalam mengajarkan matematika pada peserta didik. Padahal banyak sekali informasi atau pengetahuan yang dapat diakses dengan mudah di era big data ini, untuk menambah kompetensi dan pengetahuannya.
Inovasi pembelajaran matematika sangat diperlukan dalam menunjang proses pembelajaran matematika yang lebih menarik. Apalagi di masa pandemi ini, aktivitas kegiatan siswa telah dibatasai oleh keadaan. Walaupun arah new normal mulai menampakkan wajahnya. Tetapi banyak orang tua yang masih bersikap prefectif dalam menjaga anak-anaknya. Tentunya keadaan seperti ini menjadi peluang bagi guru dalam memperbaiki pembelajarannya maupun menciptakan inovasi dalam memfasilitasi peserta didik untuk belajar matematika secara menarik dan tidak penuh beban. Sekiranya aktivitias belajar matematika yang terpaku dalam menyelesaikan soal-soal latihan, menjadikan beban kognitif yang sangat berat bagi siswa. Hal ini juga memberikan peluang bagi mereka untuk memilih jalan pintas, yaitu melalui bantuan google. Dengan sebuah aplikasi tersebut, mereka dapat memperoleh berbagai informasi, termasuk cara menyelesaikan soal-soal matematika yang ditugaskan oleh guru. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan tujuan pembelajaran matematika maupun tujuan dari Kurikulum 2013. Dimana saat ini, di Indonesia menggunakan Kurikulum 2013 untuk dijadikan pedoman aktivitas pendidikan.
Salah satu metode pembelajaran yang menarik yang dapat mengisi aktifitas sehari-hari di rumah adalah metode pembelajaran berbasis proyek. Secara historis, metode pembelajaran berbasis proyek ini berakar dari tradisi pragmatis John Dewey, yaitu learning by doing (Warsono, 2014; 145). Dimana metode tersebut dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memahami materi (Tatag, 2018;198). Yaitu melalui tugas proyek sebagai titik awal suatu pembelajaran yang menyajikan langkah-langkah sintaks yang harus dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui aktivitas proyek yang telah dirancang oleh guru atau dirancang sendiri oleh siswa. Tentunya dalam melakukan aktivitas proyek, seorang siswa tidak hanya mengandalkan aspek kognitif saja, melainkan aspek psikomotorik dan afektif. Selain itu, seorang siswa akan merasa bebas dalam menyampaikan idenya yang didasarkan pada hasil temuannya. Siswa tidak terlalu merasa takut akan pengambilan keputusannya, karena didasarkan pada hasil temuannya. Tidak seperti situasi dalam menjawab soal-soal latihan. Dimana siswa akan terkungkung dalam situasi “benar dan salah”.
Berdasarkan observasi penelitian saya, yaitu pengembangan LKS Matematika berdasarkan metode Project Based Learning atau dikenal dengan pembelajaran berbasis proyek, saya melihat proses belajar siswa sangat aktif. Yaitu berdasarkan hasil dokumentasi dari walimurid yang dikirmkan ke guru kelas, dan guru tersebut mengirimkan ke saya. Mulai dari proses memotong kertas, memberikan garis, serta menelaah hasil eksperimen peserta didik. dan Selanjutnya menulis hasil temuannya di lembaran. Dimana siswa senantiasa menghubungkan situasi nyata melalui tugas proyek dengan konsep matematika. Tentunya pembelajaran yang demikian tidak membosankan bagi siswa. Siswa tidak selalu disuapi dengan angka-angka dan simbol-simbol matematika. Tetapi siswa difasilitasi aktivitas belajar secara nyata dan bukan melalui proses membayangkan saja. Bahkan output dari pembelajaran berbasis proyek ini adalah siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri. Definisi dan rumus akan diperolehnya melalui kegiatan proyek, bukan dari menghafal atau hanya sekedar membaca informasi.
Tentunya di masa pandemi ini, guru harus membuat terobosan dalam melakukan proses pembelajaran matematika secara daring. Jika seorang guru hanya mengandalkan peugasan siswa melalui buku teks yang tersedia di sekolahan atau hanya mengandalkan LKS yang diterbitkan dari pihak penerbit, tentunya akan terkalahkan dengan kecanggihan teknologi. Dimana siswa dapat mengakses berbagai informasi di google. Dikhawatirkan siswa menjadi tergantung dengan teknologi, bukan dari potensi yang mereka miliki. Padahal setiap siswa dianugerahi potensi yang luar biasa oleh Allah swt. Perlu adanya stimulus dalam mengeksplorasi potensi peserta didik. salah satunya adalah melalui aktivitas belajar secara eksperimen. Melalui aktivitas belajar secara eksperimen, tentunya dapat meminimalisir ketergantungan siswa terhadap penggunaan teknologi. Dimana ketergantungan akan penggunaan teknologi, lambat laun akan menjerumuskan siswa kepada budaya instan, yaitu dalam ranah belajar.
Masa pandemi covid-19 ini merupakan momentum yang baik untuk mencoba memperkenalkan pembelajaran matematika berbasis proyek. Saya yakin hal ini tidaklah mudah dilakukan oleh siswa. Perlu ada adaptasi dari mereka, karena dalam memorinya belum ada informasi mengenai aktivitas belajar matematika berbasis proyek. Dimana pada masa-masa belajar di sekolah atau di rumah, siswa terbiasa mendengarkan informasi dari guru, membaca informasi dari buku dan mengerjakan soal-soal latihan. Melalui aktivitas belajar berbasis proyek dapat meningkatkan aktivitas belajar. Serta siswa senantiasa memberdayakan kemampuannya dalam melakukan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan berani dalam mengemukakan idenya. Pada akhirnya siswa memahami bahwa matematika merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Matematika adalah alat untuk memecahkan permasalahan sehari-hari. Hal ini menjadikan siswa lebih dekat dengan matematika, sehingga siswa akan senang belajar matematika.
Semoga tulisan pendek ini memberikan inspirasi terhadap pengajar dan saya sendiri sebagai mahasiswa PGMI. Terutama dalam menyajikan pembelajaran matematika kepada siswa. Perlu kita ketahui bahwasannya pembelajaran matematika dipengaruhi oleh filsaafat konstruktivisme yaitu pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. Tentunya dalam mendesaian pembelajaran matematika perlu memperhatikan strategi dalam meciptakan keaktifan siswa dalam membangun konsep matematika. Ditinjau dari perkembangan teknologi yang begitu pesat, diperlukan pengembangan kompetensi guru dalam mengubah metode yang telah mengakar dalam dirinya yaitu ceramah atau hanya penugasan. Masa pandemi inilah merupakan momentum yang baik bagi guru untuk mencoba mengeksplorasi kompetensi dalam menciptakan strategi pembelajaran matematika yang mengarah pada keaktifan siswa. Karena di masa ini, guru memiliki banyak waktu luang. Dimana waktu luang tersebut dapat dimanfaatkan ke arah yang positif. Salah satunya adalah mengembangkan kompetensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Coskun Dogan Sumeyra, Emre EV Cimen. 2019. “Pre-Service Elementary Teachers’ Difficulties In Solving Realistic Devision Problems,” dalam Acta Didactica Napocensia, Vol. 12, Number. DOI:10.24193/and.12.2.14
Hadi Sutarto. 2018. Pendidikan Matematika Realistik: Teori, Pengembangan, dan Implementasinya. (Depok: Raja Grafindo Persada)
Siswono Eko Yuli Tatag, Hartono Sugi, Kohar Wachid Ahmad. 2018. “Effectiveness of Project Based Learning in Statistics for Lower Secondary School,” dalam Eurasian Journal of Education Research. DOI: 10.14689/ejer.2018.75.11
Warsono.2014. Pembelajaran Aktif . Bandung: Remaja Rosdakarya
Yani Ahmad. 2014. Mindest Kurikulum 2013. (Bandung: Alfabeta)
Yilmaz Rezan, “Prospective Mathematics Teachers Cognitive Competences On Realistic Mathematics Education,” dalam Journal on Mathematics Education, Vol. 11, No. 1, January 2020,
Komentar
Posting Komentar